03 November 2019

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 48

Bab 48 – Sudut Pandang Fina 5

Sebelum berangkat ke ibu kota, saatnya Sudut Pandang Fina.
Sebenarnya aku bermaksud untuk menulis ini sebelumnya, tapi aku lupa.




Saat bangun pagi, saya lihat ibu sedang kesakitan.
Tapi yang kali ini tampak berbeda dari biasanya.
Ibu tidak sadarkan diri.
Tidak ada respon sama sekali, tidak peduli berapa kali pun saya memanggilnya.
Saya mencoba untuk memberikan obat, tapi ibu tidak menelannya.
Meski begitu, saya tetap berusaha keras supaya ibu dapat menelannya.
Tapi kondisinya tidak kunjung membaik.
Keringat terus mengalir di kening ibu saya.
Sementara itu adik saya, Shuri, berdiri di samping tempat tidur ibu dengan wajah yang penuh cemas sambil terus memanggil, "Ibu! Ibu!"
Tidak ada gunanya melakukan itu.
Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan.

「Shuri, tolong jaga ibu.」

「Onee-chan?」

「Saya akan pergi menemui Gentz-ojisan. Jangan khawatir. Gentz-ojisan mungkin bisa berbuat sesuatu.」

Saya mengelus kepala adik dengan lembut, kemudian bergegas menuju rumah Gentz-ojisan.
Saat ini seharusnya dia belum berangkat bekerja.
Saya berlari.
Masih sedikit orang yang lalu-lalang sepagi ini, jadi saya bisa berlari tanpa halangan.
Setibanya di rumah Gentz-ojisan, saya langsung menggedor pintu sekuat mungkin.

「Ojisan! Gentz-ojisan!」

Ojisan langsung keluar setelah saya menggedor pintu.

「Ada apa, pagi-pagi begini?」

「Ibu saya!」

「Ada apa dengan Tilmina?」

「Ibu sangat kesakitan! Tidak seperti biasanya!」

Air mata saya sudah tidak terbendung lagi.

「Sudah minum obat, tapi tidak membaik!」

「Ayo ke rumahmu.」

Gentz-ojisan langsung berlari menuju rumah saya.
Saya juga berlari sekencang mungkin.
Saat saya tiba di rumah, sosok Gentz-ojisan sudah tidak terlihat lagi.
Setelah saya memasuki rumah, ternyata Gentz-ojisan sedang berteriak memanggil ibu.
Tapi tetap tidak ada respon.

「Sialan!」

Gentz-ojisan kemudian menatap saya dan Shuri.

「Aku akan pergi mencari obat. Kalian berdua jaga ibu kalian di sini.」

Gentz-ojisan keluar dari rumah dengan terburu-buru.
Saya menggenggam tangan ibu.
Shuri pun ikut menggenggam tangan ibu.
Saya mohon. Mohon selamatkan ibu saya.
Saya akan melakukan apapun yang saya bisa.
Jadi mohon jangan renggut ibu dari kami.
Saya mohon…

「Ibu…」

「Fina, Shuri…」

「Ibu!」

Ibu sudah sadarkan diri!
Doa saya terkabul.

「Fina, Shuri, maafkan aku.」

Kenapa ibu harus meminta maaf?
Ibu tidak berbuat salah sedikit pun.
Mata ibu mulai berkaca-kaca.

「Ibu.」

「Mungkin ini sudah saatnya. Kalau nanti ibu tiada, kalian harus bertumpu pada Gentz. Dia pasti akan membantu kalian.」

Ibu berbicara sambil menahan sakit.
Apakah ibu akan meninggal?
Saya tidak ingin berpikir seperti itu.

「Maafkan aku, ya. Kalian berdua hidup susah karena memiliki ibu sepertiku.」

Dengan tangannya yang lemah, ibu meremas tangan kami.
Sudah berapa lama Gentz-ojisan pergi?
Dia belum kembali.
Mungkin hanya sekitar 3 menit berlalu, tapi bagi saya rasanya seperti sudah berjam-jam.
Cepatlah kembali!

「Uugh.」

Ibu mulai kesakitan lagi.
Siapapun, tolong kami.
Tangan kecil Shuri menggenggam tangan saya dengan erat.
Saya tidak boleh menyerah.

「Shuri.」

Saya menatap mata Shuri.
Dia terlihat cemas.

「Terus genggam tangan ibu, ya.」

「Onee-chan.」

「Mungkin akan sia-sia, tapi masih ada orang itu.」

Saya menitip ibu pada Shuri dan berlari menuju rumah Yuna-oneechan.
Ini bukan waktunya mengeluh kelelahan.
Rumah Yuna-oneechan. Akhirnya rumah Kuma-san sudah terlihat.
Saya langsung membuka pintu tanpa mengetuknya.

「Yuna-oneechan!」

Saat memasuki rumahnya, Yuna-oneechan sudah bersiap menyambut saya.

「Ada apa?」

「Yu-Yuna-oneechan! I-Ibu saya…」

Kenapa begini? Suara saya tidak bisa keluar.

「Tenang dulu.」

「Ibu saya kesakitan… sudah diberi obat… tapi tetap tidak membaik… Saya sudah menemui Gentz-ojisan… dia bilang akan pergi mencari obat, tapi belum kembali… A-Apa yang harus saya lakukan?」

Air mata tidak berhenti mengalir selagi saya menatap wajah Yuna-oneechan.
Meskipun saya sudah datang ke sini, tapi tetap saja Yuna-oneechan bukanlah seorang dokter atau apoteker.
Tapi saya berharap Yuna-oneechan bisa melakukan sesuatu.
Yuna-oneechan dengan lembut meletakkan tangannya di atas kepala saya.

「Oke, aku mengerti, bisakah kau membawaku ke rumahmu?」

Saya langsung membawa Yuna-oneechan menuju rumah saya.
Sesampainya kami di rumah dan masuk ke dalam, Gentz-ojisan sudah ada di sini.
Apakah dia sudah mendapatkan obatnya?

「Fina, Nona Kuma juga ke sini?」

「Gentz-ojisan, bagaimana dengan obatnya?」

「Maafkan aku.」

Dia hanya menundukkan kepalanya.
Kalau obat itu memang mudah didapat, pastilah Gentz-ojisan sudah mendapatkannya.
Karena itulah saya tidak bisa menyalahkan Gentz-ojisan.
Saya mendekati ibu.
Ibu begitu menderita sampai saya tidak tega melihatnya.

「Gentz… jika… sesuatu terjadi… padaku… tolong… bantu… anak-anakku…」

「Kenapa kau mengatakan itu?!」

「Sepertinya aku… sudah… banyak… merepotkanmu… soal obat… dan Fina… Terima kasih ya…」

「Jangan khawatirkan itu! Kau pasti akan merasa baikan jika tidur, jadi jangan bicara lagi!」

「Shuri… Fina… kemarilah… aku ingin… melihat… wajah kalian… untuk terakhir kalinya…」

「「Ibu!」」

Air mata saya yang mengalir begitu deras membuat saya tidak bisa melihat jelas wajah ibu.
Ibu memeluk kami dengan tangannya yang lemah.

「Maafkan aku… karena tidak bisa… memberikan apa pun… pada kalian… dan… terima kasih… Shuri… Fina…」

Ibu berhenti memeluk kami lalu menatap Gentz-ojisan.

「Gentz, mohon rawat… mereka berdua…」

「Aku mengerti, jadi jangan bicara lagi. Merawat mereka berdua akan merepotkan bagiku, jadi kau harus istirahat dan cepat sembuh.」

「Gentz… terima kasih…」

Ibu menutup matanya.
Sepertinya ibu tidak sanggup membuka matanya lagi.
Saya menggenggam tangan ibu begitu erat.
Tangan ibu terasa dingin.
Apakah ibu tidak bisa membuka matanya untuk selamanya?
Apakah ibu tidak akan memanggil nama saya lagi?
Ibu, ibu, ibu!


*pof pof*
Saya mendengar suara aneh dari belakang saya.
Saat berbalik, ternyata Yuna-oneechan baru saja menepukkan tangannya.

「Untuk sekarang, tenangkan diri kalian bertiga.」

「Yuna-oneechan?」

「Aku gak tahu apa aku bisa melakukannya, tapi akan kucoba. Jadi, izinkan aku memeriksanya.」

Yuna-oneechan meminta kami menjauh dari tempat tidur ibu.

「Bertahanlah sedikit lagi.」

Yuna-oneechan meletakkan tangan Kuma-nya ke tubuh ibu.

「Cure!」

Tubuh ibu bersinar terang.
Sinar itu begitu indah dan terasa hangat, seolah-olah berasal dari Tuhan.
Tarikan napas ibu berangsur-angsur stabil.
Sungguh sulit dipercaya.
Ibu yang tadinya sulit untuk bernapas, sekarang sudah bernapas dengan tenang.

「Heal.」

Setelah itu dilanjutkan dengan sihir yang berbeda.
Mata ibu perlahan-lahan terbuka.
Kemudian ibu langsung bangkit dari tempat tidur seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa.

「…Tidak sakit lagi.」

「「Ibu!」」

Saya langsung bergegas menghampiri ibu.

「Sepertinya aku berhasil.」

「Nona, apa yang kau lakukan tadi? Kau tampak seperti seorang pendeta suci. Ah, tidak, sekarang itu bukan hal yang penting. Nona, terima kasih.」

Gentz-ojisan menyampaikan rasa terima kasihnya.
Benar juga, saya belum mengucapkan terima kasih.

「Yuna-oneechan, terima kasih.」

Setelah itu Gentz-ojisan dan ibu mulai membahas tentang membalas jasa.
Oh iya, dulu saya sudah pernah menanyakan tentang hal ini pada Gentz-ojisan.
Dia berkata bahwa diperlukan uang yang banyak untuk membayar pendeta supaya bersedia menyembuhkan penyakit ibu.
Seingat saya, biayanya sangat tinggi.
Mana ada uang sebanyak itu di rumah ini.
Tapi dia adalah penyelamat ibu.
Kalau saya bisa, saya akan membayarnya meskipun butuh waktu seumur hidup saya.
Tapi kata-kata yang keluar dari mulut Yuna-oneechan jauh berbeda dari perkiraan saya.

「Aku gak butuh uang atau apa pun, aku hanya ingin melindungi senyum Fina.」

Kata-kata itu membuat saya ingin menangis lagi.
Bisakah saya membalas semua jasa Yuna-oneechan di sepanjang hidup saya?

「Tapi kalau begitu-」

「Ya, sebutkanlah, apa pun itu pasti akan kulakukan!」

「Setelah aku sembuh, aku pasti akan melakukan apa pun!」

Benar. Meskipun Yuna-oneechan berkata bahwa kami tidak perlu membayarnya, tetap saja tidak boleh begitu.
Saya akan melakukan apapun yang saya bisa.
Tapi, di saat Gentz-ojisan dan ibu menyebut "apa pun", Yuna-oneechan mulai tersenyum penuh makna.

「Kalau begitu, aku punya permintaan. Permintaan yang hanya bisa dipenuhi oleh kalian berdua.」

Yuna-oneechan mengatakan itu.
Suasana di sini mulai terasa berat.
Permintaan macam apa yang akan disebutkannya?
Yuna-oneechan melihat seisi kamar, kemudian beralih menatap saya dan Shuri.

「Fina, pergilah bersama adikmu untuk membeli makanan yang enak, dan juga sesuatu yang bernutrisi untuk ibumu.」

Kemudian dia menyerahkan sejumlah uang pada saya.
Apakah permintaan itu merupakan sesuatu yang tidak boleh kami dengar?
Apa yang ingin Yuna-oneechan katakan pada ibu?
Tapi, seperti kata Yuna-oneechan tadi, saya juga ingin ibu bisa memulihkan kesehatan dengan makanan yang bergizi.
Pada akhirnya, saya dan Shuri pergi untuk mencari makanan bernutrisi tinggi.
Sebenarnya saya penasaran, tapi apa boleh buat.




Fina 「Yuna-oneechan, terima kasih karena telah menyembuhkan ibu saya.」

Yuna 「Gak usah sungkan.」

Fina 「Sebagai wujud terima kasih, izinkan saya memberikan sesuatu yang paling berharga bagi saya.」

Yuna 「Kita berdua perempuan, lho.」

Fina 「Saya tahu. Tapi hanya itu yang bisa saya berikan.」

Yuna 「Fina…」

Fina 「Saya akan memberikan seluruh hidup saya pada Yuna-oneechan. Mohon diterima!」

Yuna 「Itu berharga dalam arti yang lainーーーーーー」


<< Sebelumnya Daftar Isi Berikutnya >>

1 komentar: