06 November 2019

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 49

Bab 49 – Sudut Pandang Fina 6

Sepulang dari berbelanja makanan, Yuna-oneechan sudah tidak ada lagi.
Sepertinya dia sudah pulang.
Rasanya saya belum cukup berterima kasih padanya.
Apalagi makanan yang saya beli juga menggunakan uang dari Yuna-oneechan, saya belum sempat berterima kasih untuk hal ini.
Saya harus langsung berterima kasih saat bertemu nanti.
Dan saat saya melihat ibu dan Gentz-ojisan, entah kenapa wajah mereka merah merona.
Apa yang terjadi?

「Emm, Fina, Shuri. Itu… emm… Kalian ingin punya ayah baru?」

「Ayah?」

Gentz-ojisan menanyakan hal yang aneh.
Ayah sudah meninggal.
Apa maksudnya dengan ayah baru?

「Saya tidak tahu. Saya tidak mengingat ayah, jadi kalau ditanya apakah saya ingin punya ayah…」

「Tidak tahu.」

Shuri juga memiringkan kepalanya karena bingung.
Gentz-ojisan menggaruk kepalanya dan menatap kami.

「Ibu kalian dan aku berencana untuk menikah. Fina, Shuri, bersediakah kalian merestuinya?」

Menikah?

「Aku ingin menjadi ayah kalian, serta melindungi kalian bertiga. Kurasa aku tidak bisa sehebat Nona Kuma, tapi maukah kalian mengizinkanku untuk melindungi kalian?」

「Gentz-ojisan?」

「Fina, Shuri, apakah kalian tidak setuju untuk menganggap Gentz sebagai ayah?」

Ibu bertanya pada kami.
Saya sendiri tidak terlalu mengerti.
Tapi,

「Selama itu bisa membuat ibu bahagia.」

Shuri juga mengangguk.

「Ah, aku akan membuatnya bahagia. Tentu saja aku juga akan membuat kalian bahagia. Terima kasih, Fina, Shuri.」

Gentz-ojisan tiba-tiba memeluk kami.
Ibu dan Gentz-ojisan tampak bahagia.

Setelah kejadian itu, hari-hari menjadi lebih melelahkan.
Ibu yang sudah mulai energik, selalu berusaha bangkit dari tempat tidur.
Itulah sebabnya saya harus selalu membaringkan ibu ke tempat tidur.
Membaringkan ibu, yang hendak memasak, ke tempat tidur.
Membaringkan ibu, yang hendak bersih-bersih, ke tempat tidur.
Dan membaringkan ibu, yang hendak keluar rumah, ke tempat tidur.
Yuna-oneechan telah berpesan bahwa ibu mesti beristirahat selama beberapa waktu.
Saya tidak akan membiarkan ibu menderita lagi.
Saya meminta Shuri untuk membantu menjaga ibu.
Shuri tampak bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama ibu.

Sementara itu, Ayah (Gentz) sibuk mencari rumah untuk kami berempat tempati.
Oleh karena itu, sedikit demi sedikit saya juga harus bersiap-siap untuk pindahan.

Beberapa hari setelah penyakit ibu sembuh, kami menemukan rumah baru yang cocok dan memutuskan untuk segera pindah.
Yuna-oneechan juga sudah memberi izin bagi ibu untuk banyak bergerak.
Pada hari pindahan, Yuna-oneechan juga datang membantu kami.
Sebenarnya, pindah rumah perlu menghabiskan uang dan waktu yang tidak sedikit.
Harus membawa barang bawaan, menyewa kereta kuda atau gerobak, dan melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Tapi tas item milik Yuna-oneechan bisa menampung apa pun, tidak peduli seberapa besar dan seberapa banyak..
Saat saya ikut di perburuan Tiger Wolf waktu itu, saya terkejut melihat betapa mudahnya mengeluarkan dan menyimpan sebuah rumah.
Yuna-oneechan yang dulu membuat saya begitu terkejut, sekarang sedang memasukkan banyak barang bawaan ke dalam mulut boneka Kuma.
Meskipun sekarang masih pagi, tapi semua barang bawaan sudah selesai disimpan karena kami sudah mempersiapkannya terlebih dahulu.

Selanjutnya kami pergi ke rumah ayah.
Luar biasa.
Kotor minta ampun.
Benar-benar berantakan.
Ibu marah besar.
Ibu meminta saya, Shuri, dan Yuna-oneechan untuk pergi ke rumah baru duluan untuk bersih-bersih.
Kami pun pergi ke rumah baru.
Setibanya di rumah baru, saya meminta Shuri untuk membantu bersih-bersih.
Saya meminta Yuna-oneechan mengeluarkan perabotan dan tempat tidur.
Seharusnya perlu beberapa orang untuk mengangkat tempat tidur dari lantai dasar ke lantai dua, tapi Yuna-oneechan hanya perlu mengeluarkan tempat tidur tersebut dari mulut boneka Kuma-nya.
Setelah Yuna-oneechan selesai mengeluarkan barang bawaan, dia pun kembali ke rumah ayah.
Shuri dan saya akan bersih-bersih dengan sebaik mungkin.

Saat matahari mulai terbenam, mereka bertiga pun sampai ke sini.
Kemudian kami mulai membahas perihal makan malam.
Tapi rumah ini masih berantakan, jadi kami belum bisa menyiapkan makanan di sini.
Begitu ayah mengusulkan untuk makan di luar, ibu langsung memarahinya karena tidak ingin memboroskan uang.
Pada akhirnya, diputuskan bahwa kami akan makan di rumah Yuna-oneechan.
Kenapa Yuna-oneechan bisa sebaik ini?


Setelah makan, kami lanjut menginap di rumah Yuna-oneechan.
Dia menawarkan kami untuk mandi dan menginap di rumahnya, berhubung tubuh kami sudah kotor karena pindahan.
Bak mandi di rumah Yuna-oneechan begitu besar, bahkan tidak masalah meski dimasuki 4 orang.
Selain itu, air panasnya mengalir keluar dari mulut Kuma.
Empat perempuan, kecuali ayah, kemudian mandi bersama.
Tubuh Yuna-oneechan begitu langsing dan indah.
Rambutnya yang hitam dan panjangnya melewati pinggang terlihat sangat menawan.
Kalau saya memanjangkan rambut seperti itu, apakah akan secantik dia?
Saat mandi, percakapan mulai beralih membahas dada.
Yuna-oneechan berkata bahwa dia akan boing boing.
Apa maksudnya boing boing?
Saya rasa akan lebih baik kalau dada saya tumbuh sebesar dada Yuna-oneechan.
Saya sering melihat wanita dewasa dengan dada yang besar, tapi bukankah itu tidak nyaman?
Saya bertanya pada ibu sambil melihat ibu saya.

「Apakah punya saya juga akan membesar?」

Entah kenapa, Yuna-oneechan bergantian melirik dada ibu dan dada saya.

「Kau bebas untuk bermimpi.」

Lalu dia berkata seperti itu.

「Entah kenapa rasanya kau baru saja mengatakan hal yang jahat.」

Ibu sedikit tersinggung dengan kata-kata Yuna-oneechan.
Kemudian ibu menatap saya.

「Tenang saja, jangan khawatir. Dada Fina pasti akan membesar.」

「Saya ingin seukuran dengan Yuna-oneechan.」

Begitu saya mengatakan itu, Yuna-oneechan langsung memeluk saya.
Entah kenapa, dia tampak terharu.
Saya benar-benar tidak mengerti.

Setelah kami keluar dari pemandian, saatnya giliran ayah untuk mandi.
Sementara itu, kami mengeringkan rambut masing-masing.
Rambut Yuna-oneechan sangat panjang, sepertinya akan sulit mengeringkannya.
Selagi saya mengelap rambut menggunakan handuk, Yuna-oneechan membawa alat aneh berbentuk tabung.
Yuna-oneechan menyuruh saya untuk berbalik, jadi saya langsung mematuhinya.
Kemudian angin hangat bertiup dari belakang.
Saya terkejut dan sontak berteriak dengan suara yang aneh.
Lalu Yuna-oneechan berkata bahwa itu adalah alat yang menghasilkan angin hangat untuk mengeringkan rambut.
Anginnya hangat dan terasa nyaman, rambut saya pun kering tanpa butuh waktu lama.
Setelah itu saya membantu mengeringkan rambut adik saya, Shuri, dilanjutkan dengan ibu, dan diakhiri dengan mengeringkan rambut Yuna-oneechan.
Memiliki alat sepraktis itu, Yuna-oneechan memang hebat.

Setelah rambut kami semua sudah kering, ayah pun keluar dari pemandian, kami yang sudah lelah karena pindahan pun memutuskan untuk langsung tidur.

Ayah tidur sendiri, sementara saya, adik, dan ibu tidur bersama.
Saat itu, Yuna-oneechan sempat mengatakan sesuatu yang tidak saya mengerti.
Kalau ibu dan ayah tidur bersama, tempat tidur akan menjadi kotor, jadi mereka tidak dibolehkan tidur bersama. Apakah tidak akan kotor kalau tidur terpisah?
Lain kali saya akan menanyakannya pada ibu.

Keesokan harinya, saya bangun seorang diri.
Shuri dan ibu masih terlelap.
Saya keluar kamar dan turun ke lantai dasar agar tidak membangunkan mereka berdua.
Saat saya sedang menyiapkan sarapan, ayah turun ke lantai dasar.
Ayah menyantap sarapan duluan dan langsung berangkat kerja.
Jam masuk kerja di Guild memang cepat.
Sesaat setelah ayah berangkat kerja, kali ini giliran Yuna-oneechan yang turun ke lantai dasar.
Sarapan sudah siap, jadi saya membangunkan dua orang yang masih tidur.
Selagi kami berempat menyantap sarapan, Yuna-oneechan menanyakan sesuatu yang aneh.

「Di mana kita bisa membeli telur?」

Apakah maksudnya telur dari burung?
Makanan mewah semacam itu tidak dijual di toko biasa.
Dia tampak kecewa setelah saya memberitahukan soal itu.
Apakah dia begitu mengidamkan telur?
Sehabis sarapan, kami pun pulang ke rumah baru untuk segera membereskan barang yang masih berantakan.


Setibanya di rumah baru, kami bertiga membagi tugas.
Shuri membereskan barang-barang berukuran kecil.
Ibu dan saya membereskan barang-barang yang besar.
Ayah sedang bekerja, jadi apa boleh buat.
Barang-barang yang dibawa dari rumah lama kami bisa dibereskan dengan cepat, tapi barang-barang dari rumah lama ayah dimasukkan ke kotak dengan terburu-buru, jadi lebih sulit membereskannya.
Namun, berkat kerja sama dari seluruh anggota keluarga, proses pindahan rumah kami pun akhirnya selesai.
Ini juga tidak lepas dari jasa Yuna-oneechan.
Semuanya berubah setelah saya bertemu dengan Yuna-oneechan.
Saya bisa makan enak.
Ibu menjadi segar bugar.
Kami dapat ayah baru.
Semuanya berkat Yuna-oneechan.


<< Sebelumnya Daftar Isi Berikutnya >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar