29 September 2019

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 38

Bab 38 – Kuma-san Membasmi Ular

Beberapa jam setelah berganti ke Kumakyuu, kami berganti lagi ke Kumayuru dan terus melanjutkan perjalanan ke desa.
Saat matahari mulai terbenam, akhirnya desa tujuan kami pun terlihat.
Kumayuru melambat dan kami pun memasuki desa dengan hati-hati.
Desa ini begitu hening.
Tidak terdengar suara sedikit pun, persis seperti desa terlantar.
Pemusnahan.
Kata buruk itu terlintas di benakku.

「Ada orang!? Ini aku, Kai! Aku sudah kembali!」

Kai berteriak ke seluruh penjuru desa.
Tapi tidak ada orang yang keluar.
Tidak, ada satu rumah yang membuka pintunya.

「Kai?」

Seorang pria keluar dari rumah tersebut.

「Bapak! Bagaimana dengan ibu dan penduduk desa yang lain?!」

「Ibumu baik-baik saja, tapi kondisinya melemah karena kurang makan beberapa hari ini.」

「Bagaimana dengan penduduk desa yang lain?」

「Mereka tidak akan keluar rumah.」

「Kenapa?!」

「Monster itu bereaksi terhadap suara. Keluarga Elmina yang mencoba melarikan diri sudah tewas dimangsa. Rondo yang pergi menimba air di sumur juga tewas dimangsa. Jadi tidak ada orang yang berani keluar dari rumah karena takut dimangsa.」

「Kalau begitu, berbicara di sini pun…」

「Ya, di sini berbahaya.」

「Kalau begitu, bapak-」

「Tapi seseorang harus melakukan sesuatu, demi Domogol.」

「Domogol-san?」

「Saat aku membantumu naik kuda untuk meminta bantuan, Domogol mengorbankan nyawanya untuk menjadi pengalih perhatian.」

「Ternyata Domogol-san…」

「Jadi paling tidak aku harus segera mendengarkan berita darimu setelah kau kembali dan memikirkan langkah selanjutnya. Hanya itulah yang bisa kita lakukan supaya pengorbanan Domogol tidak sia-sia.」

「Bapak…」

「Jadi, hanya nona itu yang datang membantu?」

Ayah Kai menatapku.
Saat ini aku berpenampilan Kuma seperti biasa.
Wajahnya tampak mengisyaratkan kekecewaan.

「Nee-chan ini datang pertama untuk mengumpulkan informasi. Nanti Guildmaster akan segera menyusul. Mereka bilang bahwa mereka juga akan mengirim petualang rank C.」

「Kapan mereka akan tiba?」

「Berkat makhluk panggilan nee-chan ini, kami bisa tiba ke sini hanya dalam setengah hari, tapi Guildmaster bilang bahwa dia akan tiba dalam dua hari. Aku tidak tahu kapan petualang lainnya akan tiba.」

「Oh begitu. Nona, apa yang akan kau lakukan sekarang?」

「Pertama-tama aku akan mengumpulkan informasi, tapi jika memungkinkan, aku akan mengalahkannya.」

「Leluconmu tidak lucu. Aku tidak yakin monster itu bisa dikalahkan, apalagi dikalahkan olehmu.」

Sang ayah berkata dengan ketusnya.

「Bukan kau yang memutuskan hal itu, tapi aku. Sekarang tolong beri aku informasi sekecil apa pun tentang Black Viper.」

「Aku sendiri tidak punya banyak informasi. Dia akan datang ke desa di pagi hari untuk mencari makan. Setelah menghancurkan rumah dan memangsa penghuninya, dia langsung pergi meninggalkan desa. Kalau ada orang yang mencoba kabur dari desa, orang itu akan dimangsa. Selain itu, dia akan memangsa orang yang berisik terlebih dahulu.」

Di pagi hari, ya? Dengan kata lain, mungkinkah dia tidur di malam hari?

「Untuk sekarang, ini makanan untuk kalian. Untuk dimakan istrimu.」

Aku memberikan sejumlah besar roti dan satu tong kecil jus Oren dari Box Kuma.

「Kalau penduduk desa lainnya mau menerimanya, aku juga akan memberikan mereka makanan nanti.」

「Apa yang akan kau lakukan sekarang?」

「Aku akan pergi melihat ular viper itu.」

「Selarut ini?」

Matahari sedang terbenam. Sekitar satu jam lagi, matahari akan terbenam sepenuhnya dan langit akan gelap gulita.

「Justru karena sudah selarut ini, mungkin sekarang dia sedang tidur. Kalau dia menyadari keberadaanku dan kami mulai bertarung, anggap aku sebagai pengalih perhatian dan kalian silakan melarikan diri. Kalau kalian memiliki kuda, kalian bisa kabur secepat mungkin, 'kan?」

「Tidak, tidak ada yang berani kabur karena semua orang berpikir mereka akan dimangsa kalau mereka mencoba kabur. Dan juga, jumlah kuda yang ada di sini tidak cukup banyak untuk semua penduduk desa.」

「Kalau begitu, harap tenang sampai Guildmaster dan para petualang lainnya tiba.」

Aku menaiki Kumayuru, kemudian menggunakan sihir deteksi.
Ada reaksi yang muncul di lokasi yang agak jauh dari sini.

「Kalau begitu, aku berangkat.」

Aku menyuruh Kumayuru untuk berlari ke arah reaksi dari Black Viper.
Kami mungkin bisa mencapai lokasi tersebut hanya dalam beberapa menit bila Kumayuru lari sekencang mungkin.
Kami terus berlari di dataran yang terhampar luas.
Target kami, Black Viper, akan segera terlihat.
Saat hari mulai senja, dari kejauhan bisa kulihat sebongkah batu besar.
Tidak, yang tadinya kupikir merupakan sebongkah batu ternyata adalah ular viper besar yang melingkar.
Ukurannya begitu besar.
Mumpung dia sedang tidur, aku harus mengalahkannya dengan mengambil inisiatif serangan pertama.
Aku turun dari Kumayuru dan menghentikan pemanggilan.
Saat perhatianku kembali beralih ke ular viper tersebut, ternyata ular viper itu sudah berdiri tegak dan menatapku sambil menjulur-julurkan lidahnya.
Setelah berdiri seperti itu, dia mirip seperti sebuah gedung yang tinggi dan ramping.
Luar biasa besar!
Objek sebesar itu mulai bergerak untuk menyerangku.
Mulutnya yang menganga begitu lebar mencoba menyergapku.
Dalam sekejap dia sudah berada di dekatku.
Gerakannya sungguh cepat!
Aku segera menghindar dengan melompat ke kanan.
Makhluk besar itu melintas di sisi kiriku. Saat kupikir aku sudah berhasil menghindari serangannya, ular viper itu tiba-tiba membengkokkan tubuhnya dan menyerangku dengan menabrakkan dirinya. Aku langsung menangkisnya dengan sarung tangan Kuma. Aku terpental ke belakang, tapi aku tak merasakan sakit sedikit pun.
Apakah ini berkat perlengkapan Kuma?
Dia melancarkan serangan kedua tanpa memberikanku waktu untuk berpikir.
Karena ukurannya yang begitu besar, aku tidak bisa menghindar dengan melompati tubuhnya. Oleh karena itu, aku terus berlari zig-zag. Tapi meskipun aku bisa menghindari satu serangannya, badan dan ekornya akan silih-berganti menyerangku terus-menerus.
Setiap kali tubuhnya yang besar itu bergerak, debu semakin beterbangan dan memperpendek jarak pandangku.
Terlebih lagi, sekarang hari mulai gelap, dan tubuh monster itu berwarna hitam.
Menurut penduduk desa, sepertinya dia juga sensitif dengan suara.
Apakah aku mengambil waktu yang salah?

Aku menggunakan sihir angin untuk menyingkirkan debu yang beterbangan.
Setiap kali dia berhenti bergerak, aku melemparkan serangan sihir beberapa kali, tapi tampaknya sihirku tidak mempan sama sekali.
Sihir api, angin, serta es dengan mudah ditangkis oleh sisik hitamnya itu.
Aku juga tidak bisa membuat lubang perangkap karena ukurannya yang terlalu besar.
Hmm, jadi sihir normal tidak mempan, ya?
Tapi menggunakan sihir Kuma juga sepertinya terlalu berlebihan.
Mungkin aku bisa mengalahkannya kalau menggunakan Kuma api, tapi kulitnya sepertinya bisa digunakan untuk berbagai keperluan, jadi sebisa mungkin aku tidak ingin membakarnya.
Di dalam game, kau bisa mendapatkan item meskipun kau mengalahkan monster tersebut dengan metode apa pun, tapi di dunia nyata tidak seperti itu.
Kalau kau menebasnya dengan pedang, pasti akan meninggalkan luka sayatan, sementara kalau kau menyerangnya dengan sihir, pasti akan ada bagian yang rusak.

Aku mengurungkan niat untuk menggunakan api dan sebagai gantinya mencoba menggunakan sihir angin Kuma.
Bahkan tebasan dari sihir angin Kuma pun belum cukup kuat.
Saat kupikir dia mulai berdarah, sekejap kemudian lukanya langsung menutup.
Apakah dia memiliki kemampuan regenerasi?

Kalau tidak mempan diserang dari luar, bagaimana kalau diserang dari dalam?
Aku melompat mundur dan mengambil jarak.
Black Viper itu pun melata dan mengejarku.
Aku terus mencari kesempatan sambil menghindar ke kanan dan kiri.
Tapi dia hanya menabrakkan dirinya dan tidak sekali pun mencoba menggigitku.
Ternyata dia tidak semudah itu membuka mulutnya.
Akankah dia membuka mulutnya jika aku melompat ke atas?
Aku mengambil ancang-ancang, kemudian melompat jauh ke atas.
Black Viper itu kemudian membuka mulut besarnya untuk mencoba menelan tubuhku yang tidak bisa menghindar kemana-mana lagi.
Saat itu juga, aku membuat puluhan Kuma api seukuran telapak tangan.
Para Kuma api mini berbaris rapi di hadapanku.
Mulut Black Viper terus mendekatiku tanpa ragu.
Dia seolah-olah mengundang para Kuma untuk memasuki mulutnya.
Tentu saja aku menerima undangannya dengan senang hati, dan para Kuma api mini pun bergegas masuk ke mulut Black Viper.
Diawali dengan memanggang lidah panjangnya, para Kuma masuk jauh ke dalam tubuh Black Viper.
Black Viper tampak menderita, tubuhnya yang tadi membentang ke atas karena hendak memangsaku, kini telah jatuh ke tanah dan mulai melingkar.
Kemudian Black Viper meronta-ronta sambil berkali-kali membenturkan tubuhnya sendiri ke tanah.
Lama-kelamaan rontaannya melambat sampai akhirnya berhenti.
Mari kita rahasiakan soal aroma sedap daging panggang yang keluar dari mulut Black Viper.

Ilustrasi Novel Kuma Kuma Kuma Bear Arc 2 Bab 38

「Selesai?」

Untuk monster sekelas ini, ternyata tidak bisa kukalahkan hanya dengan sihir biasa.
Haruskah aku memikirkan tentang sihir Kuma yang lebih mudah digunakan?
Aku menghampiri Black Viper itu dan memasukkannya ke dalam Box Kuma.
Misi selesai.
Kemudian aku memanggil Kumakyuu dan kembali ke desa.
Saat mendekati desa, kulihat Kai sedang berdiri di luar desa.

「Apa yang kau lakukan di sini?」

「Aku sedang menunggu nee-chan.」

「Menungguku?」

「Ya. Seandainya kau melarikan diri, aku berencana untuk mengorbankan diriku supaya kau memiliki cukup waktu untuk kabur.」

Dia mengatakannya dengan ekspresi yang serius dan penuh keyakinan.
Dia tidak bercanda.

「Kenapa?」

「Nee-chan mengumpulkan informasi demi mengalahkan Black Viper, 'kan? Selama informasi itu tetap aman, monster itu mungkin akan bisa dikalahkan. Dengan begitu, desa akan terselamatkan. Berkat Domogol-san yang mengorbankan nyawanya, aku bisa selamat sampai di kota. Kalau nee-chan tewas, aku tidak akan bisa membalas pengorbanannya.」

Dunia ini memiliki banyak anak yang berkemauan kuat.
Aku pun mengelus kepala Kai dengan lembut.

「Nee-chan?」

「Tenang saja, aku sudah mengalahkan Black Viper.」

「Eh?」

「Bisakah kau memanggil semua penduduk desa ke sini? Aku akan menunjukkan buktinya.」

「Benarkah?」

Aku tertawa, kemudian berkata,

「Mundur sedikit.」

Setelah Kai mundur, aku mengeluarkan mayat Black Viper dari Box Kuma untuk dijadikan sebagai bukti.
Kai terkejut saat melihat Black Viper yang begitu besar.

「Ini sudah mati?」

Dia bertanya penuh keraguan.
Untuk membuktikannya, aku memukul dan menendang mayat itu. Black Viper tetap diam tak bergerak.

「Ternyata benar-benar…」

Kai perlahan menyentuh mayat Black Viper.

「Aku akan memanggil semua orang!」

Kai berlari ke dalam desa.
Setelah beberapa saat, penduduk desa keluar dari rumah mereka dan pelan-pelan berjalan ke sini.

「Benar-benar sudah dikalahkan?」

「Itu Black Viper!」

「Ini sudah mati?」

Beberapa orang mulai menangis saat mereka melihat mayat Black Viper.

「Te-terima kasih.」

「Terima kasih banyak.」

「Onee-chan, terima kasih!」

Semua penduduk desa mengucapkan terima kasih padaku.
Ayah Kai keluar dari tengah kerumunan.

「Nona, maafkan aku soal yang tadi. Dan juga, terima kasih. Kau sudah menyelamatkan desa kami.」

Dia menghampiriku dan tiba-tiba menundukkan kepalanya.

「Gak usah dipikirkan. Kurasa gak ada orang yang percaya begitu saja bahwa gadis sepertiku bisa mengalahkannya.」

「Kalau ada yang kau inginkan, katakan padaku. Aku akan melakukan apa pun yang kubisa, karena Nona telah menyelamatkan nyawa ini.」

「Aku gak butuh apa pun darimu. Cukup jalani saja hidupmu sebaik mungkin demi putramu yang hebat ini.」

Selagi ayah Kai meminta maaf, seorang pria tua datang dan berdiri di sebelahnya.
Orang datang satu per satu, kali ini siapa?

「Saya kepala desa, Zun. Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan desa ini.」

Dia pun menundukkan kepalanya.

「Tapi, kalau aku datang lebih cepat…」

「Tidak, saya sudah menanyakan Kai. Setelah kau bertemu Kai di kota dan mendengar cerita darinya, kau langsung bergegas ke sini. Kau datang jauh lebih cepat dari perkiraan kami. Saya sudah memperkirakan bahwa pertolongan akan datang paling cepat tiga hari lagi. Jadi kau tidak perlu merasa bersalah soal orang-orang yang sudah tewas.」

Kalau dia berkata seperti itu, aku pun tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Sesepuh itu pun berbalik dan memandangi semua penduduk desa.

「Akhir-akhir ini kita semua tidak cukup makan. Meskipun sedikit terlambat, mari kita berpesta.」

Semua penduduk desa membalas dengan penuh suka cita.
Ada yang menangis, ada yang berduka, dan ada yang bergembira.

「Kami tidak bisa memberikan banyak, tapi mohon ikutlah berpesta bersama kami.」

Sesepuh itu menundukkan kepalanya dan pergi bersiap untuk pesta.
Penduduk desa membawa bahan-bahan dari rumah mereka masing-masing dan membuat api unggun di pusat desa untuk memasak berbagai hidangan.
Menari, bersorak, dan makan.
Malam itu seluruh penduduk desa membuat keriuhan sepuasnya.
Demi orang-orang yang sudah meninggalkan mereka.
Demi kehidupan yang dimulai sejak saat ini.
Mereka bersyukur karena masih bertahan hidup.

Saat aku bersantai sambil mengamati keadaan desa, penduduk desa mendatangiku satu demi satu untuk berterima kasih dengan membawakan hidangan.
Anak-anak terus menyentuhku, mungkin karena penampilanku tidak biasa.
Berkali-kali orang tua mereka datang untuk menghentikan mereka.
Pesta berlanjut sampai larut malam, dan sudah diputuskan bahwa aku akan bermalam di rumah kepala desa.




Aku tidak terlalu pandai menulis adegan pertarungan, jadi hanya sesingkat itu.


<< Sebelumnya Daftar Isi Berikutnya >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar