23 Oktober 2019

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 45

Bab 45 – Kuma-san Membuat Puding

Bisakah aku?♪ Bisakah aku?♪
Aku memutuskan untuk membuat puding karena stok telurku sudah cukup banyak.
Kalau aku berhasil membuatnya, maka aku bisa menikmati puding dingin yang lezat.
Saat membuka kulkas, udara dingin berhembus ke wajahku.
Di dalamnya ada beberapa puding yang tampak lezat.
Kuambil satu dan kubawa ke meja makan.
Kupegang sendok dan mulai mencobanya.

「Enak.」

Aku berhasil membuat puding.
Nyam nyam, sendokku tidak berhenti bergerak.
Akhirnya aku merasa puas setelah menghabiskan 2 porsi puding yang sudah lama tidak kurasakan. Kemudian beberapa orang datang mengunjungi rumahku.

「Yuna-oneechan, kami datang.」

Fina datang bersama Shuri.

「Duduklah di kursi dan tunggu sebentar.」

「Jadi, apa "makanan enak"-nya?」

Mereka berdua datang sebagai tukang cicip.

「Makanan manis yang terbuat dari telur.」

Aku mengeluarkan puding dingin dan menaruhnya di depan mereka.
Mereka berdua mengambil sendok masing-masing dan mulai mencicipi puding.

「Enak…」

Selagi Fina mengutarakan kesannya, Shuri yang duduk di sampingnya terus menyendokkan puding ke mulutnya tanpa henti.

Ilustrasi Novel Kuma Kuma Kuma Bear Arc 2 Bab 45

「Shuri, makan pelan-pelan.」

「Tapi ini enak!」

Senyum merekah di wajah mereka berdua.

「Baguslah kalau kalian suka.」

「Ini sangat enak! Saya tak menyangka makanan seenak ini terbuat dari telur.」

「Tapi ini masih versi percobaan. Kalau ada yang mau kalian sampaikan setelah mencobanya, silakan katakan. Entah itu terlalu manis atau malah kurang manis.」

「Tidak ada yang terasa aneh. Ini manis dan enak.」

「Ya. Enak.」

Shuri menjilati sendoknya dengan ekspresi sedih.
Apa boleh buat, kuambil lagi dua porsi puding dari kulkas dan menaruhnya di hadapan mereka.

「Ini yang terakhir, oke?」

Sendok mereka mulai bergerak lagi.
Aku kembali menuju kulkas lagi dan memasukkan semua puding yang tersisa ke dalam Box Kuma.
Aku berpisah dengan mereka berdua setelah mereka selesai makan. Kemudian aku pergi ke panti asuhan untuk mendatangi tukang cicip selanjutnya.

Setibanya di panti asuhan, kulihat anak-anak sedang bekerja keras merawat burung-burung.
Aku menyapa mereka lalu masuk ke panti asuhan.

「Ada Yuna-san. Selamat datang.」

Bu ketua sedang menyiapkan makan siang dibantu oleh beberapa orang gadis.

「Aku datang di waktu yang kurang tepat ya?」

「Tidak, tidak apa-apa. Makanan kami tidak seberapa, tapi maukah kamu makan siang bersama kami?」

Berhubung dia sudah mengundangku, tentu saja aku akan menyanggupinya.
Di ruang makan yang cukup luas, anak-anak duduk di kursi dan dengan sabar menunggu makanan selesai disajikan untuk semua orang.
Ketika semua sudah siap,

「Terima kasih pada Kuma-oneechan! Selamat makan!」

Setelah mengucapkan itu, anak-anak mulai menyantap makanannya.

「Kalian masih melakukan itu?」

「Ya. Kami bisa makan seperti ini berkat Yuna-san. Kami tidak akan melupakan rasa terima kasih itu.」

Yang mereka ucapkan sebelum makan,
『Terima kasih pada Yuna-oneechan! Selamat makan!』
awalnya seperti itu, tapi aku meminta mereka menghentikannya karena memalukan.
Sayangnya anak-anak tidak ingin menghentikannya.

「Aku ingin berterima kasih pada Yuna-oneechan.」

「Aku bisa makan kenyang berkat Yuna-oneechan.」

「Aku bisa makan enak berkat Yuna-oneechan.」

「Aku bisa memakai pakaian yang bagus berkat Yuna-oneechan.」

「Aku bisa tinggal di rumah yang hangat berkat Yuna-oneechan.」

「Aku bisa tidur di tempat tidur yang hangat berkat Yuna-oneechan.」

「……… berkat Yuna-oneechan.」

Semua anak mengutarakan rasa terima kasih mereka.
Tapi aku malu mendengar namaku setiap kali mereka makan, jadi sebagai jalan tengah, kuminta mereka untuk menggantinya menjadi Kuma-oneechan.
Bahkan itu pun kurasa masih cukup memalukan.

Menu makan siang di panti asuhan kali ini hanyalah roti dan sup sayuran, tapi anak-anak menyantapnya dengan bahagia. Anehnya aku juga ikut bahagia saat melihat mereka.
Aku tak menyangka kalau aku akan sepeduli ini pada mereka.
Aku mungkin tidak akan melakukan hal-hal seperti ini saat aku masih di Jepang.
Meskipun uangku banyak, tapi aku tidak pernah menyumbangkannya.
Tak terasa anak-anak sudah selesai makan selagi aku memandangi mereka.
Berhubung waktunya sudah tiba, aku pun mengeluarkan puding dari Box Kuma.

「Apa ini?」

Tanya seorang gadis kecil.

「Makanan manis yang terbuat dari telur burung yang diurus oleh kalian semua. Enak, lho.」

Aku meletakkan puding di hadapan masing-masing anak.
Tentu saja, aku tak melupakan porsi untuk bu ketua dan Liz-san.

「Apa. Ini? Enak!」

「Luar biasa enak!」

「Jatahnya hanya 1 per orang, jadi silakan cicipi dan nikmati, oke?」

Tampaknya aku mendapat respon yang positif dari anak-anak.

「Yuna-san, ini enak sekali.」

Liz-san memuji pudingnya.

「Ini juga berkat Liz-san dan anak-anak yang sudah bekerja keras merawat burung-burung. Puding ini dibuat menggunakan telur yang berasal dari situ.」

「Begitukah?」

「Sayang rasanya kalau telur-telur itu hanya untuk dijual.」

「Telur memang luar biasa, ya? Selain bisa menjadi uang, juga bisa menjadi makanan yang begitu enak.」

「Yah, tapi akan lebih bagus lagi kalau jumlah burung dan telurnya bertambah.」

「Ya. Aku akan berusaha sebaik mungkin!」

「Kalau jumlahnya sudah terlalu banyak sampai merepotkan kalian, beri tahu aku. Aku akan memikirkan solusinya.」

「Baiklah. Tapi untuk saat ini masih baik-baik saja. Anak-anak juga bekerja dengan rajin.」

Selagi aku berbincang dengan Liz-san, mangkuk puding anak-anak ternyata sudah kosong.
Setelah menanyakan pendapat mereka tentang puding tersebut, aku pun meninggalkan panti asuhan.


<< Sebelumnya Daftar Isi Berikutnya >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar