08 April 2020

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 76

Bab 76 – Kuma-san Merenovasi Toko

Keesokan harinya, aku pergi ke toko untuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.
Setelah kuperhatikan lagi, toko ini memang terlalu besar.
Kalau aku berencana membuka toko, yang kubayangkan adalah tempat sederhana seperti toko makanan cepat saji, jadi aku masih tidak habis pikir dengan ukuran rumah mewah yang sekarang terpampang di depan mataku ini.
Yah, nasi sudah menjadi bubur, toh aku sudah membelinya.
Lagi pula lokasi ini sudah sempurna.
Areanya luas dan dekat dengan panti asuhan. Meskipun sedikit jauh dari pusat kota, tapi setidaknya tidak terlalu jauh sampai membuat orang tidak tertarik datang ke sini.


Begitu memasuki toko, aku langsung menuju dapur.
Pertama-tama, aku harus membuat oven batu yang wajib dimiliki toko roti.
Semua benda yang mungkin akan menghalangi kumasukkan ke dalam Box Kuma supaya area dapur bisa menjadi lebih lapang.
Aku menyiapkan 3 oven batu untuk memanggang roti dan piza.
Kuharap ini sudah cukup.
Yah, kalau tidak cukup, aku bisa membuatnya lagi.
Setelah itu aku berpikir tentang lemari pendingin.
Aku melihat sebuah gudang kecil di sebelah dapur, lalu aku pun mencoba memasukinya.
Meskipun kubilang gudang kecil, tetap saja luasnya sekitar 10 tikar tatami. (10 tikar tatami = sekitar 4 meter x 4 meter)
Apakah ini gudang makanan? Sama sekali tidak ada jendela di sini.
Begitu aku menekan sebuah sakelar di dinding, batu sihir cahaya menerangi seisi gudang.
Gudang ini kosong melompong.
Tampaknya ini merupakan tempat yang cocok.
Aku pun melapisi dinding di segala penjuru dengan sihir tanah supaya panas dari luar tidak bisa masuk ke dalam.
Kemudian aku meletakkan batu sihir es di beberapa titik berbeda, dan jadilah sebuah gudang berpendingin yang lumayan besar.
Apakah ada lagi hal yang diperlukan?
Aku mencoba memikirkannya lagi, tapi pikiranku buntu.
Sebaiknya hal penting lainnya akan kubahas setelah Morin-san tiba.


Kemudian soal dekorasi bagian dalam toko.
Awalnya ini merupakan kediaman bangsawan, tapi…
Karpet dan kertas dindingnya tampak begitu kotor, mungkin sudah lama tidak ada orang yang membersihkan tempat ini.
Mylene-san bilang bahwa dia akan mengurus soal pembersihan dan renovasi tempat ini. Berhubung semua itu sudah termasuk dalam biaya total, kuputuskan untuk membiarkan mereka saja yang melakukannya.
Aku pun naik ke lantai dua.
Ruangan-ruangan ini sepertinya bekas kamar tidur untuk tamu. Apakah tidak terlalu besar untuk digunakan sebagai ruangan privat pasangan atau semacamnya?
Bukankah seharusnya lebih baik menggunakan ruangan-ruangan ini untuk menggelar acara seperti pesta ulang tahun?
Tapi, apakah akan ada orang yang berminat menggunakannya?
Yah, lebih baik nanti saja memikirkan soal penggunaan lantai dua setelah tokonya buka.
Kemudian aku beranjak menuju taman.
Areanya cukup luas.
Tapi sangat berantakan.
Berhubung tempat ini sudah lama kosong, tanaman di sini tumbuh dengan liar.
Kira-kira taman ini termasuk dalam biaya pembersihan dan renovasi atau tidak, ya?
Kalau tidak termasuk, aku terpaksa harus membersihkannya sendiri.
Omong-omong, setelah tamannya nanti bersih, apakah bisa dijadikan semacam kafe teras?
Yah, itu tergantung pada jumlah pelanggan.
Mungkin membuat kafe teras akan menyenangkan, tapi tidak ada gunanya kalau tidak ada orang yang memerlukannya.
Untuk sekarang kuputuskan untuk menunda rencana ini.


Selama beberapa hari setelahnya, aku selalu ke panti asuhan untuk mengajari anak-anak memasak.
Sementara itu, Mylene-san merenovasi toko.
Aku mengumpulkan bermacam bahan untuk piza dan membuat puding dengan berbagai variasi. Aku membuatnya dengan berbagai rasa, meletakkan buah-buahan di atasnya, dan menambah daftar menu.
Menu dengan pilihan yang terlalu banyak bukanlah hal yang bagus, jadi aku memangkasnya berdasarkan masukan dari Helen, Mylene-san, dan Elena.

Selagi toko sedang dalam renovasi, akhirnya Morin-san dan putrinya tiba dari ibu kota.
Begitu tiba, mereka langsung pergi menuju panti asuhan sesuai dengan yang dijanjikan.

「Yuna-san sudah di sini duluan ya?」

Aku tidak bisa mengatakan pada mereka kalau aku kembali menggunakan Gerbang Perpindahan Kuma.

「Ya, aku tiba agak lebih cepat dari kalian.」

Mereka berdua tampak sangat lelah setelah melakukan perjalanan panjang.

「Setelah ini apa rencana kalian?」

「Kami sangat lelah, jadi kami ingin mencari penginapan.」

「Gak perlu, aku sudah menyiapkan tempat tinggal untuk kalian.」

「Itu akan sangat membantu. Kami benar-benar lelah setelah perjalanan panjang.」

Aku pun keluar dari panti asuhan bersama mereka berdua.

「Jadi, Yuna-san, kita akan pergi ke mana?」

「Ah, Morin-san, gak usah memanggilku seformal itu.」

Aku benar-benar risih kalau orang yang jauh lebih tua dariku memanggilku dengan sebutan "-san".

「Bagaimana kalau kupanggil dengan "Yuna-chan"?」

「Ya, begitu lebih enak. Kita akan pergi ke toko tempat Morin-san akan bekerja. Di sana ada banyak ruangan kosong, jadi kurasa lebih baik kalian tinggal di sana saja.」

「Terima kasih.」

「Gak usah sungkan, toh aku sudah membuat kalian repot-repot datang ke sini.」

Tibalah kami di "toko" yang dimaksud.
Morin-san dan Karin-san hanya mematung.

「Yuna-chan, bukankah ini rumah mewah?」

Di hadapan mereka berdiri sebuah rumah mewah yang sedari tadi kusebut sebagai toko.

「Bekas rumah mewah. Sekarang tempat ini sudah menjadi tokoku dan tempat Morin-san dan yang lainnya akan bekerja.」

「Toko? Maksudmu kita akan menjual roti di sini?」

「Tapi masih belum selesai direnovasi sih.」

Toko ini masih belum memiliki papan nama, bahkan namanya juga belum ada.
Soalnya aku ingin memikirkan namanya bersama semua orang.
Warung makan, kedai kopi, toko roti, toko piza, toko puding, yang mana yang cocok?
Saat ini aku tidak bisa memutuskannya sendiri.

「Menjual roti di tempat seperti ini…」

「Besok aku akan menjelaskan lebih lanjut soal toko ini, jadi untuk hari ini silakan kalian istirahat.」

Aku membimbing mereka berdua masuk ke dalam toko.

「Luar biasa!」

「Ibu, kita benar-benar akan menjual roti di sini?」

Mereka berdua memandangi lantai yang sudah bersih mengkilap.

「Lantai dasar akan dijadikan sebagai toko, jadi silakan tempati ruangan di lantai dua.」

Mereka pun naik ke lantai dua.
Setelah menaiki tangga, ada banyak ruangan yang berjejer.

「Bukannya aku keberatan, tapi kami benar-benar akan tinggal di sini?」

「Bagus 'kan kalau sedekat ini dengan tempat kerja kalian?」

Aku pun membawa mereka menuju ruangan terdalam di lantai dua.
Ruangan yang indah meskipun tanpa dekorasi yang mencolok.
Mungkin karena ruangan ini bekas milik bangsawan, bahkan bingkai jendelanya pun tampak berkelas.

「Untuk sekarang, aku akan mengeluarkan barang bawaan kalian dari ibu kota. Beri tahu aku kalau kalian punya permintaan soal tata letaknya.」

Aku meletakkan tempat tidur, lemari pakaian, serta lemari laci.

「Sepertinya agak kurang cocok dengan kamar ini ya…」

Meskipun dinding, lantai, gorden, dan yang lainnya tampak indah…
Tapi tempat tidur dan barang lain yang kukeluarkan adalah milik rakyat jelata.
Tempat tidurnya kecil, dan lemarinya agak kusam.
Meja yang kecil benar-benar mencolok di ruangan yang luas ini.
Rasanya tidak tampak serasi.

「Bagaimana kalau kubelikan beberapa perabotan untuk bangsawan?」

「Tidak akan cocok bagi kami.」

「Yang paling penting, bisakah aku tidur di kamar sebesar ini?」

Karin-san bergumam dengan suara yang hampir tidak terdengar.

「Di sini ada pemandian juga, jadi silakan kalian pakai sepuasnya. Pemandiannya sudah dibersihkan, jadi kalian bisa menggunakannya kapan pun kalian mau. Silakan beri tahu aku kalau ada lagi hal yang kalian perlukan.」

「Untuk saat ini tidak ada, ini sudah lebih dari cukup.」

「Menurutku juga begitu.」

「Kalau begitu, besok aku akan membawa anak-anak yang akan membantu di toko, jadi silakan istirahat untuk hari ini.」




Keesokan harinya, aku pergi ke panti asuhan untuk menjemput 6 anak yang akan bekerja di toko.
Anak-anak ini sudah beberapa kali datang ke toko.
Merekalah yang memotong rumput serta memangkas pepohonan di taman.
Mereka juga yang sudah membersihkan ruangan-ruangan di lantai dua.

Setibanya kami di toko, kami bisa mencium aroma sedap roti yang baru dipanggang melayang-layang di udara sekitar.
Kami pun memasuki toko dan langsung menuju dapur. Di sana, ada Morin-san dan Karin-san yang sedang membuat roti.
Kalau aku tahu mereka akan membuat roti pagi ini, aku tidak akan menyantap sarapan sebelum datang ke sini.

「Pagi.」

「Selamat pagi, Yuna-san.」

Karin-san datang menyambutku.
Morin-san sedang sibuk memanggang roti di belakang.

「Tidurmu nyenyak?」

「Ya, kemarin aku benar-benar capek, jadi aku langsung tertidur begitu naik ke atas tempat tidur.」

「Baguslah kalau begitu.」

Morin-san lalu mendatangiku.

「Pagi, Yuna-chan.」

「Kau sudah membuat roti?」

「Aku ingin mengetahui kondisi oven ini. Aku punya cukup bahan untuk membuat roti, jadi aku menyiapkan bahan-bahannya tadi malam.」

Berarti dia langsung memeriksa semuanya begitu aku meninggalkan toko?

「Jadi, bagaimana oven batunya? Kalau ada yang kurang pas, silakan beri tahu aku.」

「Tidak ada masalah. Oven batu ini sudah sangat bagus. Setelah ini, aku hanya perlu memanggang beberapa roti dan mencari tahu karakteristik oven ini supaya bisa mendapat pengalaman.」

「Karakteristik oven?」

「Bagaimana panasnya didistribusikan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan oven. Tiap oven batu memiliki karakteristik masing-masing, dan proses pemanggangan roti perlu disesuaikan tergantung karakteristik oven tersebut.」

Tukang roti profesional memang beda.
Aku sama sekali tidak memperhatikan apa pun saat memanggang piza.
Semuanya hanya kulakukan ala kadarnya.
Jadi itulah sebabnya dia bisa membuat roti seenak itu.

「Jadi anak-anak itu yang akan membantuku di toko?」

Dia memandangi anak-anak di belakangku.
Anak-anak maju ke depan dan memperkenalkan diri masing-masing.

「Kau bersedia mengajari anak-anak ini cara membuat roti? Gak apa-apa kalau kau gak bersedia.」

「Tidak masalah. Kamu sudah mengajariku cara membuat puding, jadi aku tidak mungkin menolak permintaanmu untuk mengajari mereka.」

「Kalau begitu, pagi ini kalian semua akan belajar membuat roti, dan semua roti yang kalian buat bisa kalian bawa pulang ke panti asuhan.」

Anak-anak merespon dengan penuh semangat.


<< Sebelumnya Daftar Isi Berikutnya >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar