15 April 2020

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 78

Bab 78 – Kuma-san Membuka Toko

Papan nama toko akan dipersiapkan oleh Mylene-san di Guild Komersial.
Setelah nama tokonya diputuskan menjadi 『Kedai Santai Kuma-san』, masukan mulai mengalir supaya toko dibuat lebih bernuansa Kuma.
Mereka menyarankan untuk membuat sesuatu yang efeknya seperti Kuma House, jadi pelanggan akan langsung tahu dalam sekali lihat bahwa toko ini adalah 『Kedai Santai Kuma-san』.
Toko bernuansa Kuma, toko macam apa itu?
Haruskah aku membuat seluruh toko berbentuk seperti Kuma layaknya Kuma House?
Berbagai macam ide bermunculan, nama toko dan seragamnya sudah diputuskan, tanpa terasa pesta pencicipan pun berakhir.
Setelah mereka semua pulang, aku keluar dari toko dan mulai menghias toko supaya lebih cocok dengan nama 『Kedai Santai Kuma-san』.
Pertama-tama, aku menggunakan sihir tanah untuk membuat dua Kuma versi chibi dan meletakkannya di dekat pintu masuk. Bentuknya seperti figurin karakter.
Di Jepang, ada figurin karakter yang disebut nendoroid.
Aku membuatnya menggunakan konsep dari nendoroid.
Bahannya hanya tanah.
Warnanya cuma satu.
Tapi aku ingin bisa warna-warni.
Kukumpulkan berbagai jenis tanah dengan gradasi warna yang berbeda dan mencoba membuatnya lagi.
Memang aku tidak bisa membuat warna yang benar-benar cantik, tapi setidaknya bisa lebih cantik dibandingkan dengan hanya satu warna saja.
Sihir memang sangat praktis.
Kemudian aku membuat beberapa Kuma di lantai dua yang terlihat dari lantai dasar, lalu beberapa lagi di atas atap.
Mudah-mudahan bisa membuat toko ini tampak lebih bagus.
Kemudian aku beranjak ke taman.
Kami belum berencana untuk membuat kafe teras, tapi aku akan menghias taman ini karena bisa terlihat dari dalam toko.
Kuma bersandar di pohon, Kuma yang sedang meninju, induk dan anak Kuma, serta Kuma yang sedang tidur. Tampaknya dekorasi ini sudah cukup.
Setelah itu, aku masuk ke bagian dalam toko dan membuat Kuma kecil dengan berbagai pose di tengah setiap meja.
Aku menghias meja dengan Kuma yang berdiri, Kuma yang bertarung, Kuma yang tidur, Kuma yang berlari, Kuma yang naik di atas Kuma lain, Kuma yang menari, Kuma yang memegang pedang, dan Kuma yang menyantap ikan.
Setelah selesai menghias meja, aku membuat Kuma yang memanjat dinding dan bergantung di pilar.
Aku menghias bagian dalam toko dengan meletakkan figurin Kuma di sana sini.
Kurasa ini sudah cukup.

Ilustrasi Novel Kuma Kuma Kuma Bear Arc 4 Bab 78 Bahasa Indonesia

Setelah aku puas, Karin-san turun dari lantai dua.

「Apa yang sedang Yuna-san lakukan?」

「Aku menghias toko supaya lebih bernuansa Kuma.」

「Imut sekali. Kalau bertemu Kuma seperti ini di hutan, pasti tidak akan ada yang takut, 'kan?」

Karin-san mencolek satu Kuma di atas meja.

「Tapi apakah pelanggan akan datang ke sini?」

Tanyanya dengan cemas.
Kota yang masih asing baginya, toko yang baru, dan makanan jenis baru. Wajar saja kalau dia cemas.

「Kurasa pelanggan akan datang. Aku sudah meminta orang di berbagai tempat untuk mempromosikannya. Apa lagi kita memiliki piza, puding, keripik kentang, kentang goreng, dan yang paling penting roti Morin-san.」

「Kentangnya sangat enak. Aku baru tahu racunnya hanya terdapat di tunasnya.」

Aku menghidangkannya saat pesta pencicipan dan mendapat respon yang sangat positif, jadi kami memutuskan untuk menjualnya di toko.
Yah, lagi pula racunnya tidak mematikan.
Satu-satunya masalah hanyalah stoknya.
Aku khawatir dengan stok kentang dan keju yang terbatas, tergantung pada tingkat konsumsi pelanggan nantinya.

「Hamburger juga sangat enak. Aku tidak menyangka kalau menggabungkan roti buatan ibuku dengan keju, daging, dan sayuran bisa membuat rasanya menjadi seenak itu.」

「Tapi aku agak khawatir dengan stok kejunya. Kita bisa kekurangan stok, tergantung dari seberapa larisnya.」

Keju digunakan dalam jumlah yang lumayan besar karena diperlukan pada hidangan roti dan piza.

「Di mana kamu membeli keju?」

「Aku membelinya dari seorang kakek yang menjualnya di ibu kota.」

「Di ibu kota? Kalau begitu…」

「Gak masalah. Aku sudah menanyakan lokasi desa asalnya, jadi aku bisa membelinya langsung kalau kita kehabisan.」

「Bagaimana dengan kentang?」

「Seharusnya mereka akan datang ke sini bulan depan, tapi aku bisa pergi membeli langsung ke sana kalau kita butuh lebih cepat.」

「Kuharap kita bisa mendapat banyak pelanggan.」

「Itu tergantung dari kerja keras semua orang.」

Toko dijadwalkan buka dua hari setelah papan nama selesai.
Papan nama seharusnya akan selesai tiga hari lagi, berarti toko akan buka lima hari lagi.
Seragam untuk semua staf, kecuali Morin-san, akan selesai di hari itu juga.


Keesokan harinya, Tilmina-san, Fina, dan anak-anak datang ke toko untuk mempelajari pekerjaan di toko.
Begitu mereka melihat figurin Kuma yang kubuat kemarin, mereka langsung mematung.

「Yuna-oneechan, a-a-apa itu?!」

「Figurin Kuma. Kalian semua memintaku untuk membuat toko ini bertema Kuma seperti Kuma House, jadi aku membuat figurin-figurin ini. Gak cocok ya?」

「Justru sangat cocok! Benar-benar imut!」

Apakah mereka terkejut karena di dunia ini tidak ada figurin?
Setelah kupikir-pikir lagi, semua patung yang kulihat di dunia ini hanyalah jenis patung realisme.

「Memang imut, tapi mungkin pelanggan laki-laki akan enggan masuk ke sini.」

Tilmina-san mengemukakan pendapatnya sambil mengamati figurin Kuma.
Perkataannya memang benar.
Mungkin piza dan hamburger akan lebih diminati pelanggan laki-laki.
Sementara pelanggan perempuan akan lebih meminati puding dan keripik kentang.

「Haruskah aku membuat Kuma yang lebih realistis?」

「Kalau seperti itu, malah perempuan yang akan enggan masuk ke sini.」

「Jadi aku harus bagaimana?」

Sepertinya aku tidak akan mendapat jawaban yang pasti.
Oleh karena itu, aku pergi menemui seseorang yang lebih berpengalaman dalam berjualan.
Aku menanyakan Morin-san dan putrinya yang sedang memeriksa stok bahan makanan di dapur.

「Aku tidak tahu. Soalnya aku juga belum pernah melihat toko seaneh ini di ibu kota.」

「Bagaimana kalau dipikirkan lagi setelah tokonya buka? Toh kita belum tahu seberapa banyak pelanggan yang akan datang.」

Begitulah kata mereka berdua.
Untuk berjaga-jaga, aku sudah mulai mempromosikan toko ini sejak kemarin.
Aku sudah menempelkan sejumlah poster di Guild Komersial, Guild Petualang, penginapan Elena, dan berbagai tempat lain yang sudah banyak membantuku.
Aku juga sudah meminta Cliff untuk mempromosikannya pada para kenalannya.
Hanya dengan promosi seperti ini, aku tidak tahu seberapa banyak pelanggan yang akan datang di hari pembukaan.

「Kalian benar. Mau laki-laki atau perempuan, kita bahkan belum tahu apakah pelanggan akan datang atau enggak. Mari kita pikirkan lagi setelah pembukaan toko.」

Hari pembukaan pun tiba…
Benar-benar menyiksa.
Orang, orang, orang, orang, orang, orang, orang, orang, orang.
Di awal pembukaan, tidak ada satu pun yang datang.
Aku berencana membantu di balik layar saat hari pembukaan.
Setelah membuka toko dan menunggu agak lama, pelanggan pertama yang datang adalah Guildmaster Guild Petualang.

「Oi, aku datang.」

「Selamat datang.」

「Omong-omong, toko ini aneh.」

「Sudah kuduga. Apakah kau merasa enggan untuk memasukinya?」

「Soal Kuma yang di luar itu? Entahlah. Mungkin sebagian orang akan enggan, tapi… dengan Kuma yang dibuat seapik itu, bukankah sebaliknya pelanggan akan tertarik dan ingin melihat bagian dalam toko?」

「Terima kasih atas masukanmu. Jadi, kau ingin pesan apa?」

「Apa yang kau rekomendasikan?」

「Piza,hamburger, dan roti adalah makanan berat. Hidangan kentang adalah makanan pelengkap, dan puding adalah cemilan. Tergantung perutmu maunya apa.」

Cara memesannya adalah sebagai berikut: pesan di konter di belakang, bayar, lalu terima makanannya.
Piza adalah satu-satunya yang perlu dipanggang terlebih dahulu, jadi pelanggan mesti duduk dulu. Nanti piza akan diantarkan ke tempat duduk pelanggan, sesuai pelat nomor yang tertera.

「Begitu ya. Berhubung aku punya waktu dan seseorang menyarankan padaku untuk mencoba piza, aku akan memesan piza.」

「Mau minum apa? Piza agak berminyak, jadi aku merekomendasikan minuman yang menyegarkan.」

「Kalau begitu, aku pesan jus Oren.」

「Oke. Masih butuh waktu untuk memanggangnya, jadi silakan ambil pelat nomor ini dan tunggu di tempat duduk mana pun yang kau suka.」

Segera setelah Morin-san selesai memanggang piza, anak-anak langsung mengantarkannya ke meja Guildmaster.

「Jadi ini yang namanya piza.」

Itu adalah piza ukuran kecil, cukup untuk porsi satu orang dewasa.

「Kalau begitu, aku akan mencobanya.」

Guildmaster pun mulai melahap sepotong piza.
Kemudian dua potong, tiga potong…
Tangan Guildmaster tidak berhenti, seporsi piza habis hanya dalam waktu singkat, dan akhirnya dia pun menghabiskan jus Oren-nya.

「Benar-benar lezat.」

「Baguslah kalau kau suka.」

「Makanan yang lain enak juga?」

「Kau mesti mencobanya sendiri. Soalnya selera tiap orang berbeda-beda.」

「Begitu ya. Apa yang harus kulakukan untuk memesan makanan lain?」

「Kau mesti pergi ke konter dan membayar pesanan barumu.」

「Begitu ya.」

Guildmaster pun bangkit dari tempat duduknya dan pergi memesan hamburger.
Dia melahapnya dengan wajah bahagia, dan meninggalkan toko dengan wajah yang puas.
Beberapa saat kemudian, pelanggan lain mulai berdatangan.
Mereka semua datang dengan wajah yang penuh keraguan pada makanan yang belum mereka kenal, tapi setelah makanan mereka habis, mereka semua pulang dengan wajah penuh kepuasan.
Tapi pelanggan yang datang saat ini masih tidak terlalu banyak.
Aku sudah memaksakan diri untuk membuat 300 porsi puding, tapi kalau begini terus, mungkin stok sebanyak itu masih akan aman untuk beberapa hari.

…Tadinya aku sempat berpikir begitu.
Para pelanggan yang datang di pagi hari mungkin sudah menyebarkannya dari mulut ke mulut, dan pelanggan laki-laki dan perempuan berduyun-duyun datang saat waktu makan siang tiba, terlepas dari pengaruh patung Kuma.
Apakah Guildmaster mempromosikan tokoku? Orang-orang yang berhubungan dengan Guild Petualang datang, dan orang-orang yang pernah kulihat ada di Guild Komersial juga datang.
Piza, hamburger, roti, kentang goreng, semuanya laris.
Kami semua tidak bisa beristirahat, dan kami terus mondar-mandir di dapur dan toko tanpa henti.
Waktu makan siang pun berakhir, dan saat kukira kesibukan akan berkurang, pelanggan lain terus datang silih berganti.
Para pelanggan yang datang di sore hari kebanyakan memesan puding dan hidangan kentang.
Staf yang mesti menggoreng kentang dengan minyak panas sepertinya tampak kewalahan.
Puding ada di dalam kulkas, jadi kami hanya perlu mengeluarkannya.
Harga puding lumayan mahal, meskipun harga telur sudah agak turun. Meski begitu, para pelanggan perempuan terus berdatangan untuk membelinya.
Tiga ratus porsi puding yang kupersiapkan sudah habis terjual.
Stok roti juga sudah habis, jadi kami putuskan untuk menutup toko sebelum waktu makan malam tiba dan meminta para pelanggan yang sudah terlanjur datang untuk segera pulang.

「Capeknya~」

「Iya, saya juga lelah.」

Aku sudah menculik Tilmina-san dan Fina yang datang untuk melihat-lihat keadaan toko, dan meminta mereka untuk membantu di dapur.

「Kenapa pelanggan datang sebanyak itu?」

「Setelah kutanya-tanya, pelanggan laki-laki datang setelah mendengar rekomendasi dari Guildmaster dan Helen-san. Pelanggan perempuan datang setelah mendengar Mylene-san yang sangat memuji-muji puding yang mahal namun sangat nikmat.」

Kemudian pelanggan yang sudah mencobanya akan menarik pelanggan berikutnya?
Aku bingung apakah aku harus berterima kasih atau protes pada mereka bertiga.

「Sepertinya besok bisa gawat.」

Kata Morin-san setelah melihat situasi hari ini.

「Morin-san, bagaimana keadaan di dapur?」

「Untuk sekarang, kita tidak punya cukup oven batu untuk mengimbangi jumlah pesanan piza. Kentang digoreng segera setelah dipesan, jadi tidak ada masalah. Tapi, akan sulit untuk melakukan persiapan setelah toko tutup. Kalau kita tidak mempersiapkan dengan baik, maka hasilnya akan seperti hari ini.」

Perkataannya benar.
Bahan-bahan yang kami persiapkan sudah hampir habis.
Roti Morin-san dan puding.
Mereka tidak akan sempat membuat adonan roti yang cukup.

「Kalau begitu, kita akan buka di waktu makan siang saja. Kita bisa bersiap-siap di pagi hari dan makan siang terlebih dahulu. Lalu kita akan tutup toko sebelum waktu makan malam.」

「Bukankah kita bisa mendapat lebih banyak uang kalau buka di waktu makan malam?」

Tanya Tilmina-san.

「Sejujurnya, aku gak berencana untuk menghasilkan banyak uang dari toko ini, jadi gak masalah.」

「Benarkah?」

「Aku sudah cukup puas selama gak merugi. Kalau melihat hari ini sih, sepertinya bakal untung. Aku lebih khawatir dengan stok telur, keju, dan kentang.」

「Kamu benar. Pasokan telur masih terbatas.」

「Kalau mau menambah waktu operasional toko, kita juga harus menambah jumlah staf dan bahan makanan.」

「Menjual terlalu banyak ternyata bisa membuat masalah juga ya. Aku baru tahu.」

「Untuk sekarang, Tilmina-san, bisakah kau menanyakan Liz tentang seberapa banyak anak-anak yang bisa dialihkan ke sini tanpa harus memengaruhi pekerjaan mengurus Pepetok?」

「Baiklah.」

「Selain itu, bisakah Tilmina-san bekerja di sini untuk waktu makan siang? Tentu saja aku akan menggajimu.」

「Hmm, transaksi telur selesai di pagi hari, jadi tidak masalah. Tapi, tidak apa-apa kalau kita tiba-tiba mengganti waktu buka toko? Kalau melihat jumlah pelanggan yang datang hari ini, bukankah besok akan ramai sejak pagi?」

Dia benar.
Tadi juga ada beberapa pelanggan yang kami tolak karena sudah kehabisan.
Kemungkinan besar akan ada banyak pelanggan yang datang besok pagi.

「Morin-san, bagaimana kira-kira kalau kita buka toko di pagi hari cuma untuk besok saja?」

「Kalau bersiap-siap mulai sekarang, mungkin bisa. Tapi…」

Morin-san memandangi anak-anak.
Anak-anak sudah terkantuk-kantuk di tempat duduk mereka.
Mungkin mereka sudah sangat lelah setelah hari pertama bekerja melayani pelanggan.
Di dunia ini, anak kecil yang bekerja merupakan hal yang wajar.
Tapi di dunia mana pun, anak kecil tetaplah anak kecil.
Mereka bukanlah budak, jadi aku harus membiarkan mereka beristirahat.

Hmmm, apa yang harus kulakukan?
Setelah berpikir sebentar, kuputuskan untuk lebih memprioritaskan anak-anak daripada para pelanggan.

「Sepertinya kita memang harus buka di waktu makan siang mulai besok.」

「Tidak apa-apa?」

「Untuk sekarang, kita akan lakukan yang kita bisa. Tilmina-san, tolong pergi ke tempat-tempat yang terdapat poster dan koreksi waktu buka tokonya.」

「Tapi bagaimana dengan para pelanggan yang datang besok pagi?」

「Kita terpaksa meminta mereka untuk datang lagi di waktu makan siang.」

「Apakah mereka tidak akan marah?」

「Aku akan melakukan sesuatu soal itu.」

「Sesuatu ya…」

Tilmina-san tampak cemas.

「Selain itu akan ada 1 hari libur mingguan.」

「Hari libur?」

Orang-orang di dunia ini bekerja tanpa mengenal hari libur.
Aku belum pernah sekali pun melihat penginapan atau restoran tutup.
Sebagai gantinya, ada semacam waktu kosong dalam sehari yang bisa mereka habiskan sesuka hati.
Tapi di toko ini tidak ada yang namanya waktu kosong.
Ada begitu banyak hal yang mesti dikerjakan; melayani pelanggan saat jam buka, bersih-bersih, serta melakukan persiapan untuk besok setelah toko tutup.

「Satu hari untuk toko gak buka. Hari yang bisa kalian gunakan untuk berbelanja atau beristirahat. Hari kosong supaya kalian bisa bekerja lebih baik pada hari-hari berikutnya.」

「Tidak apa-apa seperti itu? Pendapatan pasti akan berkurang lho.」

「Sebenarnya aku malah ingin ada sif per hari, tapi kita masih kekurangan orang. Selain itu, kalau begini terus, pasokan telur bisa benar-benar habis. Hari ini kita sudah menghabiskan stok telur untuk beberapa hari, tapi jumlah pasokan telur per hari masih terbatas, jadi gak mungkin kita membuat lebih banyak dari yang kita buat hari ini.」

「Benar, kita tidak bisa lagi mengurangi jumlah telur yang mesti kita jual ke Guild Komersial.」

Demi membuka toko ini, kami sudah terpaksa mengurangi jumlah telur yang dijual ke Guild Komersial.

「Itulah sebabnya, dengan keadaan sekarang, kita gak perlu memaksakan diri untuk menambah jam buka toko.」

「Setidaknya di masa depan kita perlu menambah pasokan telur.」

Haruskah kami mengembangbiakkan Pepetok dari telur? Atau haruskah aku pergi ke desa untuk menangkap Pepetok? Ada 2 pilihan yang bisa dilakukan.
Kalau mengembangbiakkan telurnya, jumlah telur yang bisa dijual tentu akan berkurang.
Kalau menangkap Pepetok, aku sendiri yang terpaksa harus turun tangan.
Benar-benar merepotkan.
Lain kali saja kupikirkan lagi.

「Saat nanti kau mengoreksi waktu buka di posternya, bisakah kau menuliskan soal hari liburnya juga?」

「Baiklah.」

「Berikutnya tentang bagian dalam toko. Ada masalah?」

「Banyak pelanggan yang ingin membawa pulang figurin Kuma-san.」

Benar, aku sempat melihat beberapa pelanggan yang mencoba mengambil figurin Kuma yang ada di atas meja mereka.
Tapi aku membuatnya tertempel pada meja, jadi mereka tidak bisa melepasnya.

「Ada beberapa pelanggan yang meminta supaya kita bersedia memberikannya pada mereka.」

「Sepertinya aku harus menempel poster yang memberitahukan bahwa itu bukan untuk dijual. Ada lagi?」

Aku bertanya pada grup yang bertugas di depan.

「Soal pelanggan yang mengantre di depan konter.」

「Ada beberapa yang tidak sabar karena harus menunggu terlalu lama.」

「Kalau begitu, kita akan menambah konter baru untuk besok. Selain itu, banyak pelanggan yang datang hanya untuk membeli puding, jadi kita akan meletakkan kulkas berisi puding di dekat konter untuk menghemat waktu.」

Hari pembukaan toko pun berakhir.
Sepertinya Morin-san dan anak-anak masih harus bersiap-siap untuk besok.
Kalau adonan roti dan puding tidak dipersiapkan mulai dari sekarang, maka tidak akan sempat untuk besok.
Kuputuskan untuk pulang saja dan menyerahkan semuanya pada ahlinya.
Aku hanya membuat oven batu baru karena mereka akan membutuhkannya besok pagi.


<< Sebelumnya Berikutnya >>
Daftar Isi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar