05 Juli 2020

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 91

Bab 91 – Kuma-san Mendapat Alasan untuk Menaklukkan Kraken

Kini Guildmaster Guild Komersial telah ditangkap, dan semua orang yang terlibat juga sudah diamankan.
Setelah semuanya berakhir, matahari telah terbenam dan tiba saatnya makan malam.

「Selamat datang kembali.」

Deiga-san menyambutku.

「Tak kusangka kau benar-benar sanggup menaklukkan para perampok itu. Dengan ini, akhirnya kami bisa pergi membeli kebutuhan di kota terdekat. Izinkan aku berterima kasih padamu sekali lagi. Terima kasih ya.」

「Bukan apa-apa kok. Tapi sebenarnya aku ingin sekali berbuat sesuatu soal Kraken itu.」

「Ahahaha! Kurasa itu memang mustahil. Bahkan anak kecil pun tahu betapa kuatnya Kraken itu. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa agar Kraken segera meninggalkan wilayah perairan ini.」

「Maaf ya.」

「Kenapa Nona malah meminta maaf? Kami sudah sangat bersyukur atas penangkapan perampok. Selain itu, daging Wolf dan tepung yang akhir-akhir ini banyak beredar juga berasal dari Nona, 'kan? 」

Kukira hal ini merupakan rahasia antara aku dan Guild Petualang.

「Orang yang tahu sedikit pasti bisa langsung menyimpulkannya. Tapi Guildmaster Guild Petualang sudah memintaku untuk tutup mulut. Dia bilang dirimu pemalu dan tidak mengharap terima kasih.」

「Soalnya itu merepotkan.」

Aku mengungkapkan alasanku yang sebenarnya.
Saat aku hendak beranjak ke kamarku sehabis menyantap makan malam, Deiga-san menghentikan langkahku.

「Sesuai janjiku pagi ini, aku akan memasak hidangan terbaikku untukmu, jadi datanglah ke ruang makan besok siang. Aku akan mempersiapkan semuanya besok pagi.」

「Gak apa-apa? Bahan makanan kalian gak banyak, 'kan?」

「Tidak apa-apa. Hanya ini yang bisa kuberikan sebagai ungkapan terima kasihku untuk Nona.」

「Baiklah. Aku jadi gak sabar.」

Aku pun kembali ke kamarku, lalu berganti pakaian menjadi Kuma putih untuk menghilangkan penat hari ini, serta tak lupa memanggil Kumayuru dan Kumakyuu dalam bentuk anak beruang sebagai penjagaku.

Saat memanggil mereka, sepertinya ada yang janggal dengan Kumakyuu.
Dia tidak mau melihatku dan hanya membelakangiku.
Kalau belajar dari pengalaman sebelumnya, ini tandanya dia sedang merajuk.
Setelah kuingat-ingat lagi, sepanjang hari ini aku pergi, bertarung, dan kembali hanya dengan menunggangi Kumayuru.
Pantas saja suasana hatinya memburuk.
Aku tidak boleh membiarkannya terus begini.
Tapi sayangnya saat ini aku sudah kelelahan dan mengantuk berat.
Jadi kuputuskan untuk tidur sambil terus memeluk Kumakyuu sepanjang malam.
Tapi ada kemungkinan masalah lain yang bisa timbul kalau aku tidur sambil memeluk Kumakyuu, aku khawatir kalau nanti malah suasana hati Kumayuru yang memburuk.
Akhirnya aku memeluk paksa Kumakyuu dan menyelinap ke balik selimut.
Karena diriku yang memang lelah ditambah dengan sensasi kehangatan dari Kumakyuu, aku pun langsung terlelap.

Saat aku bangun keesokan paginya, suasana hati Kumakyuu tampak membaik dan Kumayuru tidak tampak cemberut. Sepertinya semua baik-baik saja.
Aku menghentikan pemanggilan para Kuma lalu mengganti pakaianku menjadi Kuma hitam.

Begitu turun ke lantai dasar, kulihat ada Blitz beserta party-nya.
Sepertinya mereka berempat sedang bersiap-siap untuk melakukan perjalanan.

「Kalian mau pergi keluar kota?」

「Kami akan segera kembali ke sini kok.」

「Para perampok sudah tidak ada lagi, jadi orang-orang pergi ke kota tetangga untuk membeli makanan, oleh karena itu kami akan ikut mengawal mereka.」

「Yah, pergi dan pulang akan memakan waktu sekitar 10 hari. Kalau semua berjalan lancar, kami bisa menghemat beberapa hari, jadi kami usahakan cepat-cepat kembali.」

「Begitu ya. Kurasa aku gak ada di sini lagi saat kalian kembali, jadi lebih baik kusampaikan sekarang saja. Terima kasih banyak atas semua bantuan kalian.」

「Tidak lho. Justru kami yang harus berterima kasih. Kalau tidak ada Yuna-chan, tidak mungkin para perampok itu bisa ditaklukkan.」

Bagiku, party ini sudah banyak membantuku secara mental.
Pengalaman hidupku masih sedikit, jadi aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun demi menenangkan para wanita yang disekap, dan aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memang mengalahkan para perampok, tapi selebihnya dikerjakan oleh party Blitz tanpa bantuanku sedikit pun.

「Kalau begitu, kami berangkat.」

「Jaga diri kalian ya.」

Blitz membalas dengan mengangkat tangannya, dan mereka pun pergi meninggalkan penginapan.
Sehabis menyantap sarapan, aku pergi keluar untuk mencari udara segar.

Sambil berjalan mengelilingi kota, kulihat ekspresi para penduduk tampak menjadi sedikit lebih cerah.
Para penduduk sedikit menundukkan kepala mereka saat melihatku lewat.
Anak-anak juga berlari menghampiriku.
Sepertinya informasi bahwa perampok berhasil ditaklukkan sudah tersebar ke seluruh penjuru kota.

Saat aku mampir di Guild Petualang, Atla-san dan para staf tampak begitu sibuk.
Menurut kabar yang kudengar, perikanan dan bahan-bahan makanan lain yang tadinya dimonopoli oleh Guild Komersial sekarang dikelola oleh Guild Petualang untuk sementara waktu.
Atla-san tampak kesusahan.
Aku jadi teringat dengan Atla-san yang beberapa hari lalu hanya seorang diri di Guild Petualang.
Aku memberikan puding padanya sebagai penyemangat.
Ketika energimu terkuras, paling cocok makan yang manis-manis.
Saat hendak meninggalkan Guild Petualang, aku berpapasan dengan Jeremo-san, staf Guild Komersial yang kutemui saat pertama kali tiba di kota ini.

「Eh ada Nona. Terima kasih untuk kali ini ya.」

「Kenapa kau ke sini?」

「Karena pekerjaan dari Guild Komersial. Selain Guildmaster, staf lain juga ada yang ditahan, akhirnya semua pekerjaan terpaksa dilimpahkan ke bawahan kelas teri sepertiku ini.」

「Begitu ya.」

「Yah, untungnya aku tidak terlibat dalam kejahatan Guildmaster karena statusku yang hanya bawahan kelas teri.」

Sepertinya Guildmaster Guild Komersial masih belum bersedia membuka mulut.
Sudah tak diragukan lagi bahwa dialah yang berperan sebagai dalang utama dan memberi perintah pada para perampok.
Para penduduk menuntut supaya dia segera dieksekusi, tapi hal itu masih ditunda untuk saat ini.
Para penduduk ingin dia segera dieksekusi karena mempertimbangkan perasaan para wanita yang telah disekap, tapi kota ini tidak berada di bawah naungan sebuah negara, ditambah lagi sang walikota sudah melarikan diri, alhasil tidak ada orang yang berwenang untuk memberi putusan.
Selain itu, pekerjaan Atla-san tidak terbatas hanya menginterogasi para penjahat, termasuk Zarad.
Ada banyak pekerjaan lain yang mesti dia prioritaskan.
Lenyapnya perampok menyebabkan bertambahnya lokasi penangkapan ikan, sehingga pasokan ikan yang bertambah mesti dibagikan secara merata. Selain itu, para keluarga korban yang dibunuh serta yang harta bendanya dirampas oleh perampok akan diberikan kompensasi. Para wanita yang menjadi korban penculikan tentu akan mendapat kompensasi, tapi tak jarang seluruh anggota keluarga habis dibantai. Biasanya semua harta milik perampok akan diberikan pada orang yang menangkapnya, tapi kami menolaknya.
Kami memutuskan untuk menyumbangkannya demi membantu masalah kekurangan makanan di kota ini.
Atla-san berkata bahwa aku dan party Blitz terlalu lugu, tapi dia tetap berterima kasih pada kami.
Blitz beralasan bahwa party-nya tidak pantas menerimanya karena mereka tidak melakukan apa-apa.
Aku kembali ke penginapan saat tengah hari, dan hidungku bisa langsung mencium aroma yang begitu sedap.

「Oh, sudah kembali ya. Aku hampir selesai, silakan duduk dan tunggu sebentar.」

Selagi aku duduk menunggu, dari dalam dapur tercium aroma yang menggugah selera.
Setelah menunggu beberapa menit, makanan pun disajikan di hadapanku.
Ini adalah pertama kalinya aku menemui makanan ini di dunia ini, tapi aku sudah tidak asing lagi dengan makanan ini.

「Nasi…」

「Lho, sudah tahu ya?」

Yang berada di hadapanku saat ini memang bukanlah nasi putih, tapi tetap saja ini nasi.
Hidangan ini digoreng bersama berbagai bahan dan tampak seperti nasi goreng.
Saat mencoba satu suap, rasa nostalgia tak bisa tertahankan.
Ini nasi.
Meski bukan nasi putih, tetap saja rasanya enak.
Di sebelah piring nasi goreng, ada ikan bakar hasil tangkapan laut.

「Ikan ini hasil tangkapan putraku pagi ini.」

Tapi aku lebih tertarik pada sebuah botol di sebelah ikan tersebut.
Apa mungkin aku mesti menuangkan isi botol ini ke atas ikan?
Isinya berupa semacam cairan hitam.
Aku pun mencoba menyantap ikan yang dilumuri cairan tersebut. Tidak salah lagi, ini kecap.
Aku bergantian menyantap nasi goreng dan ikan bakar kecap.
Sebenarnya aku lebih suka nasi putih, tapi tidak mungkin aku mengucapkan hal seegois itu sekarang.

「Nona, kau menangis?」

Tanpa kusadari, air mata jatuh di pipiku.

「Masakan Deiga-san begitu enak sampai membuatku menangis.」

Aku malu karena dia melihatku menangis, jadi aku segera menyeka air mataku dan menjawab sambil tersenyum.
Aku juga tidak bohong soal masakannya yang begitu enak.

「Benarkah?」

「Ya, ini benar-benar lezat.」

「Aku senang mendengarnya, tapi kau benar-benar tidak memaksakan dirimu, 'kan?」

Mungkin dia mengira aku memaksakan diriku untuk memakannya karena rasanya yang tidak enak?

「Ya, rasa makanan ini persis seperti makanan di kota asalku. Kukira aku gak akan bisa merasakannya lagi. Aku sangat bahagia.」

「Persis seperti makanan dari kota asalmu? Jangan-jangan kau berasal dari negeri Wa?」 (Catatan: "Wa" adalah nama tertua negara Jepang yang tercatat dalam sejarah. Nama ini berarti harmoni, kedamaian, dan keseimbangan.)

「Negeri Wa?」

「Bukan ya?」

「Iya. Kampung halamanku lebih jauh lagi jaraknya, begitu jauhnya sampai aku gak akan bisa kembali ke sana lagi.」

「Kau datang dari tempat yang begitu jauh? Kau tidak kesepian?」

「Kadang ada saatnya aku merindukan kota asalku, meskipun di sini sebenarnya juga cukup menyenangkan. Tapi mencicipi rasa dari kampung halamanku seperti ini tetap saja membuatku bahagia.」

「Begitu ya. Sebenarnya aku sangat ingin membuatkan lebih banyak untukmu, tapi aku sudah kehabisan bahan. Sebelum kemunculan Kraken, bahan makanan ini rutin dikirim dari negeri Wa sebulan sekali melalui kapal.」

「Kraken ya…」

Apakah tidak ada cara bagiku untuk mengalahkannya?
Aku berterima kasih pada Deiga-san, lalu meninggalkan penginapan.
Aku terus berjalan hingga tiba di pantai.
Lautan yang membentang luas.
Di ujung sana ada wilayah dengan nasi dan kecap. Mungkin ada miso juga.
Aku benar-benar menginginkan nasi.
Kraken ya?
Cara bertarungku sangat terbatas.
Aku bisa menggunakan kapal besar dan membunuhnya sebelum kapal sempat tenggelam. Masalahnya, di kota ini tidak ada kapal sebesar itu.
Atau terbang di langit dan menyerangnya dari udara. Masalahnya, aku tidak bisa terbang.
Kemudian aku beranjak ke pantai berpasir dan mencoba bereksperimen membekukan laut.
Memang membeku, tapi tak lama kemudian disapu ombak. Kalau aku bertarung melawannya, Kraken itu pasti akan meronta-ronta. Jika seperti itu, laut akan mengganas dan ombak bisa mencapai tinggi beberapa meter atau lebih. Kalau lapisan es pecah karenanya, aku tidak akan bisa melanjutkan pertarungan.
Oleh karena itu, aku perlu membuat lapisan es yang tebal, tapi aku juga tidak bisa bertarung bila harus terus-menerus memikirkan tempatku berpijak.
Kalau di danau, mungkin aku masih bisa melakukannya.

Atau aku harus masuk ke dalam bola udara dan menyelam ke laut?
Aku pun mencoba membuat bola udara.
Lalu kucoba menyelam ke laut.
Sepertinya aku berhasil menyelam.
Tapi kalau aku terkena serangan dari Kraken saat dalam kondisi seperti ini, semuanya akan berakhir, 'kan?
Lagipula, bisakah aku melancarkan serangan dari dalam bola ini?
Kalau bola ini pecah, berakhirlah sudah.
Selain itu, pasokan oksigen juga menjadi masalah.
Setelah mempertimbangkan dari berbagai sisi, sepertinya cara ini mustahil kugunakan.

Bagaimana kalau bertarung dengan para Kuma?
Aku pun memanggil Kumayuru dan Kumakyuu.

「Kalian berdua bisa berenang?」

Para Kuma lalu beranjak menuju laut dan mulai berenang.
Ternyata mereka bisa berenang.
Yah, beruang kutub memang bisa berenang, 'kan?
Masalahnya, aku belum pernah berenang di lautan. Yang paling penting, sudah berapa tahun sejak terakhir kali aku berenang?
Setelah kuingat-ingat, terakhir kali aku berenang adalah saat pelajaran di kolam renang sekolah dasar.
Kalau aku terjatuh dari Kuma, aku pasti akan mati.
Tapi saat menunggangi Kuma, seharusnya aku tidak akan jatuh meskipun aku tertidur pulas.
Namun tetap saja tubuh bagian bawahku akan basah bila menunggangi Kuma yang berenang. Saat bertarung, seluruh tubuhku akhirnya pasti akan basah kuyup.
Dan kalau Kraken itu menyelam ke dasar laut, tidak ada lagi hal yang bisa kulakukan.
Rencana ini lebih baik kita simpan saja dulu.

Hmm, aku belum bisa menemukan cara untuk mengalahkannya.
Adakah kisah yang menceritakan tentang pertarungan di laut?
Sebenarnya pilihan terbaik adalah bila aku bisa bernapas dalam air. Tapi tidak ada gunanya mengharapkan sesuatu yang tidak kumiliki.
Bagaimana kalau membelah lautan layaknya Nabi Musa? Tidak, mustahil. Kalau makhluk itu berhasil kabur, aku tidak akan bisa mengejarnya.
Terlebih lagi, aku juga tidak bisa membelah lautan.

……………Tidak.
…………Jangan.
………Ditolak.
……Ogah.
…Mustahil.

Akhirnya satu ide muncul di kepalaku.
Ya, aku bisa mencoba cara ini.
Meskipun aku gagal, aku tidak akan terluka.
Kalau berhasil, maka aku bisa bertarung.
Kalau tidak berhasil, apakah aku harus bertarung dengan menunggangi Kumayuru atau Kumakyuu?





Alasan pertarungan kali ini adalah nasi dan kecap hahaha
Akhirnya Yuna tergerak untuk serius memikirkan cara mengalahkan Kraken hahaha

Kurasa solusi cara mengalahkannya sudah lumayan mengerucut.
Kalau ada yang tahu solusinya, tolong simpan dalam hati masing-masing saja. Tolong ya.
Aku berencana supaya Yuna mengalahkannya dengan cheat Kuma-nya seperti biasa.

Kumohon dukungan dari kalian untuk seterusnya.


<< Sebelumnya Berikutnya >>
Daftar Isi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar