15 Juli 2020

Kuma Kuma Kuma Bear - Bab 94

Bab 94 – Kuma-san Berpartisipasi di Pesta

Kuputuskan untuk kembali ke lokasi Kraken sendirian.
Kraken itu kini teronggok di pantai berpasir.
Mau dilihat dari mana pun, ini memanglah cumi-cumi raksasa.
Aku ragu apakah ini benar-benar aman dikonsumsi atau tidak.
Yah, ekosistem dunia ini berbeda dengan di Bumi, jadi mungkin memang aman dikonsumsi.
Tapi Worm di sebelahnya benar-benar mustahil.
Aku tidak memiliki kebiasaan menyantap cacing atau ulat. Meski orang lain protes karena aku membencinya padahal belum pernah mencobanya, aku tetap tidak akan mencobanya.

Selagi aku menunggu seorang diri, datanglah 3 kereta kuda.
Tentu saja kereta kuda tidak bisa leluasa berjalan di pantai berpasir, jadi mereka berhenti di tengah jalan.
Sejumlah lelaki turun dari kereta kuda tersebut bersama dengan kakek Kuro.

「Nona sudah di sini toh.」

Kakek Kuro menghampiriku.

「Banyak juga orang yang kau bawa ya.」

「Aku ingin cepat-cepat memprosesnya supaya kami bisa segera pergi ke pesta makanan laut.」

Kakek Kuro memanggil para lelaki itu lalu memerintahkan mereka untuk mulai bersiap memprosesnya.
Para lelaki merespon dengan semangat dan bergegas mendekati Kraken.
Saat mereka berpapasan denganku di tengah jalan menuju Kraken,

「Terima kasih.」

Mereka mengucapkan terima kasih padaku.
Aku jadi sedikit malu.
Karena ukuran Kraken yang begitu besar, para lelaki dibagi menjadi 3 kelompok dan mulai membagi tugas.
Si kakek memberikan instruksi dengan akurat. Para lelaki memprosesnya sesuai instruksi. Kakek, ternyata kau hebat juga ya.
Selagi aku menonton pemrosesan Kraken, ada lagi kereta kuda yang datang.
Atla-san dan para staf Guild Petualang turun dari kereta kuda tersebut.

「Kereta kuda ini terlalu lambat bila dibandingkan dengan Kuma milik Yuna.」

Atla-san datang sambil menggerutu.
Tolong jangan bandingkan Kuma milikku dengan kuda.
Mau bagaimanapun, Kuma-ku pasti lebih cepat.
Itu fakta lho.

「Yuna, kau yakin ingin memberikan material dari Worm itu untuk kami?」

「Terserah kalian ingin menjualnya atau memakannya. Yang penting jangan kalian selipkan ke makananku. Meskipun itu cuma bercanda, aku bisa mengamuk lho.」

「Waduh, tidak mungkin aku bercanda dengan mempertaruhkan nyawaku.」

「Tapi apakah makhluk aneh itu benar-benar enak?」

「Entah, aku cuma mendengarnya dari orang-orang.」

「Memangnya Atla-san gak jijik untuk memasukkan makhluk itu ke dalam mulutmu?」

「Tidak juga. Aku justru tidak mengerti kenapa Yuna bisa sebenci itu.」

Inikah yang disebut perbedaan budaya kuliner?
Setelah kupikir-pikir lagi, aku penasaran Fina berada di pihak yang mana.
Sebisa mungkin, kuharap dia ada di pihak yang sama denganku.

Atla-san dan staf Guild mulai memproses Worm.
Apakah mereka sudah terbiasa melakukannya? Mereka menusuknya dengan pisau dan mulai memotong-motongnya.
Selagi aku mengamati mereka yang sedang memproses kedua monster itu dari jarak yang tidak terlalu jauh, Lanya-san tiba dengan membawa para wanita.

「Kemarin aku sudah melihatnya, tapi tetap saja aku merasa ukurannya begitu besar setelah melihatnya lagi.」

「Lanya-san juga akan ikut memprosesnya?」

「Aku memang tidak selihai para ahli, tapi kalau cuma Kraken, berarti itu cumi-cumi yang berukuran besar, 'kan? Siapa pun yang tumbuh besar di kota ini pasti bisa memprosesnya. Tapi, aku tidak bisa memproses yang itu karena kurang pengalaman.」

Dia menjawab sambil melirik ke arah Worm.
Meski begitu, para wanita tetap ikut membantu pemrosesan Kraken dan Worm.
Dengan begitu, pemrosesan akan lebih cepat selesai.

「Nona, boleh kuganggu sebentar?」

Kakek Kuro memanggilku.

「Kami tidak bisa menerima ini, jadi ambillah.」

Dia menyerahkan sebongkah batu sihir berwarna biru padaku. Ini adalah batu sihir dari Kraken.
Ukurannya berkali lipat lebih besar dibandingkan batu sihir dari Wolf.

「Sudah begitu lama aku hidup, tapi ini pertama kalinya aku melihat batu sihir sebesar ini. Inilah bukti betapa besarnya monster itu.」

「Boleh aku menerimanya?」

「Memiliki batu sihir sebesar ini tidak akan ada manfaatnya bagi kota ini. Daripada kami menjualnya, akan lebih bermanfaat bila diserahkan pada petualang seperti Nona.」

Aku pun menerimanya dengan senang hati.

「Kalau begitu, Yuna, aku juga akan memberikan ini padamu.」

Aku juga menerima batu sihir dari Worm.
Warnanya cokelat muda?
Ini adalah batu sihir berelemen tanah.
Apakah karena monster tersebut beraktivitas di dalam tanah?
Batu sihir ini juga beberapa kali lipat lebih besar dari batu sihir Wolf.

Setelah aku menerima batu-batu sihir tersebut, pemrosesan pun terus berlanjut.
Material-material yang telah diproses kemudian dimuat ke dalam kereta kuda untuk selanjutnya diangkut ke kota.

「Nona, pemrosesan ini serahkan pada kami saja. Silakan Nona kembali ke kota duluan dan menikmati pesta. Seharusnya sekarang sudah tiba saatnya mereka memasak ikan yang ditangkap pagi ini. Kami ingin Nona bisa menjadi orang yang paling menikmati pesta kali ini.」

「Pesta itu tidak akan berkesan tanpa kehadiranmu, sang tokoh utama. Aku juga akan kembali ke kota, jadi aku akan pergi bersamamu. Daging Kraken dan Worm yang tadi diangkut seharusnya sudah dimasak di alun-alun kota.」

Saat aku kembali ke kota bersama Atla-san, di mana-mana terlihat makanan laut yang sedang dipanggang.
Itu kerang hamaguri? Kerang-kerangan juga mantap. Ada udang atau kepiting juga tidak ya? (Hamaguri: Kerang yang lazim dikonsumsi di Jepang)
Selagi aku berjalan sambil melihat-lihat makanan laut yang dimasak di kota ini, aku menyadari bahwa semua orang menatapku.

「Ini Nona Kuma yang mengalahkan Kraken ya? Silakan ambil ini. Enak lho.」

Seorang bibi memberikan makanan yang dihidangkan di piring kecil.
Hidangan ini berbahan kerang dan udang.
Kucoba sesuap, enaknya. Aku jadi ingin memakannya dengan nasi putih.

「Nona, yang ini juga enak lho.」

Kali ini aku menerima ikan bakar.
Di atasnya dilumuri kecap.
Yang namanya ikan bakar sudah pasti harus ditemani kecap, ya 'kan?
Sebenarnya akan lebih bagus lagi bila ada saus ponzu, tapi tidak mungkin aku mengharapkannya di dunia lain. (Ponzu: saus berbahan jeruk asam yang dicampur dengan kecap)

「Terima kasih.」

Ilustrasi Novel Kuma Kuma Kuma Bear Arc 4 Bab 94 Bahasa Indonesia

Setelah itu, para penduduk bergantian mengucapkan terima kasih dan memberikan makanan untukku.
Aku tidak akan sanggup menghabiskan makanan sebanyak ini.
Kalau tidak habis, Atla-san bisa membantuku menghabiskannya.

「Kalian semua, kalau kalian memberikan terlalu banyak, Yuna akan kerepotan.」

Atla-san lalu menghentikan para penduduk.
Yah, kalaupun tidak sanggup menghabiskannya sekarang, tidak akan masalah karena masih bisa kusimpan di Box Kuma.
Untuk sekarang, aku memasukkan semua makanan yang mereka berikan ke dalam Box Kuma.

「Nanti aku pasti akan memakannya. Terima kasih ya, semuanya.」

Aku mengucapkan terima kasih pada mereka semua, lalu beranjak pergi.

「Kau sepopuler itu ya.」

「Aku senang karena mendapat makanan, tapi situasi seheboh itu terlalu merepotkan.」

「Kenapa tidak kau lepaskan saja kostum Kuma itu? Dengan begitu, mereka semua tidak akan mengenalimu.」

Sarannya memang bagus.
Tapi aku tidak berani melepasnya karena takut berada dalam situasi yang berbahaya.

「Ini adalah barang terkutuk, jadi aku gak bisa melepasnya.」

「Begitukah? Berarti bau badan Yuna tidak sedap?」

「Kenapa begitu?」

Toh aku mandi dengan rutin.

「Soalnya kau tidak bisa mandi kalau terus memakainya, 'kan?」

「Itu cuma bohongan lho.」


Kami menyantap makanan sambil berjalan menuju pusat alun-alun.
Banyak orang yang memadati pusat alun-alun, dan Kraken dipanggang di sana.
Salah satu tentakel Kraken terpajang sebagai dekorasi, apakah demi menunjukkan ukurannya pada seluruh penduduk?
Tentakelnya benar-benar panjang.


Aroma sedap dari kecap begitu semerbak.
Semua orang sibuk menikmati makanan masing-masing.
Tiap kali sang juru masak selesai memasak, akan langsung disajikan pada orang yang mengantre.
Baik anak-anak maupun orang dewasa, semuanya makan berpiring-piring.
Mungkin ini juga karena sudah lama mereka tidak makan sampai kenyang.
Saat kami mengamati suasana alun-alun, para penduduk menyadari kehadiranku.
Tapi mereka hanya memandangiku, tidak ada satu pun yang mendatangiku.

「Tadinya mereka pasti akan mengerumunimu, jadi aku sudah menyuruh orang untuk menyebarkan pesan agar tidak ada yang mendekati Yuna.」

Itu sangat membantu, tapi situasi ini malah membuatku merasa seperti seekor Kuma di kebun binatang yang ditonton orang banyak.
Dari sela-sela kerumunan itu, muncullah anak laki-laki dan perempuan yang menghampiriku.

「Kuma-san, terima kasih karena telah mengalahkan monster itu.」

Anak laki-laki itu menundukkan kepalanya.

「Ibuku bilang, kami bisa makan berkat Kuma-san.」

「Kuma-san, terima kasih.」

Aku pun menekukkan lututku agar pandangan mataku sejajar dengan mata anak-anak itu.

「Kalian sudah makan yang banyak?」

「Ya!」

Mereka berdua mengangguk sambil tersenyum riang.
Kemudian aku mengelus kepala mereka.

「Makan yang banyak, lalu rajin-rajin bantu ibu kalian ya.」

Anak-anak itu mengangguk lalu beranjak pergi.

「Kau sangat ramah pada anak-anak ya.」

「Soalnya mereka gak mencari gara-gara denganku. Aku gak akan memberi ampun pada siapapun yang mencari gara-gara denganku, meski itu anak-anak sekalipun.」

Kalau kau membenciku, aku pun akan membencimu. Aku tak sudi mengasihi orang yang membenciku.

「Guildmaster!」

Staf Guild Petualang bernama Sei mendatangi kami.

「Aku membawakan makanan.」

Ada bermacam hidangan yang tersaji di atas piring yang Sei pegang.

「Ini Kraken?」

「Ya, benar.」

「Gak ada Worm di piring ini, 'kan?」

「Tidak ada. Aku tidak ingin kota ini hancur.」

Makanan yang dibawanya berupa cumi-cumi yang dibakar, ditumis, dan sebagainya.
Sambil duduk di meja ala kadarnya, kami bertiga mulai menyantap hidangan yang hanya berbahan utama cumi-cumi.
Di sebelahku, mereka berdua tampak sedang menikmati hidangan Worm.

「Enak sekali.」

「Seharusnya kita tidak mungkin berkesempatan memakan ini.」

Worm itu sudah direbus, dimasak menjadi hidangan yang lezat, lalu dibagikan pada penduduk.
Kalau mengingat makhluk aslinya, aku tidak akan sudi memasukkan hidangan itu ke dalam mulutku.
Orang-orang di dunia ini memang hebat.
Pesta makanan laut terus berlangsung, dan kakek Kuro menghampiriku di tengah pesta.
Kemudian aku terpaksa mendengarkan si kakek yang mabuk itu berceloteh panjang lebar tentang keindahan laut.
Atla-san juga minum sampai mabuk, sehingga suasana menjadi semakin ribut.
Apakah ini artinya aku menjadi pecundang karena akulah satu-satunya yang tidak minum alkohol?
Saat matahari mulai terbenam, aku langsung kabur menuju penginapan.
Tapi di sini ada juga sejumlah lelaki yang sedang mabuk-mabukan, sehingga bagian dalam penginapan berbau alkohol.

「Yuna-san, selamat datang kembali.」

Anzu, putri si kekar, menyambutku.
Dia merupakan gadis yang tampak energik dengan kulit yang sedikit kecokelatan.
Sangat berbanding terbalik dengan kulitku yang pucat karena selalu mengurung diri di rumah.

「Hari ini benar-benar meriah ya.」

「Yah, soalnya semua orang bahagia karena akhirnya bisa melaut lagi. Abangku juga sangat senang.」

「Jadi, di mana Deiga-san?」

「Bapakku mabuk berat, jadi dia tidur di belakang.」

「Jadi itu sebabnya Anzu yang ada di sini ya.」

「Iya. Jadi Yuna-san ingin makan apa?」

「Aku sudah makan banyak di luar, jadi gak usah.」

「Oh iya ya. Ada banyak makanan di mana-mana.」

「Anzu sedang apa?」

「Sekarang aku cuma menjaga penginapan sambil menyiapkan makananku.」

「Kau belum makan?」

「Bapakku mabuk sejak tadi, jadi akulah yang mesti memasak untuk semua pelanggan.」

「Jadi, makanan apa yang kau buat?」

「Sashimi. Aku mengiris ikan mentah, lalu di atasnya kutuangkan kecap dari negeri Wa. Enak lho.」

「Sashimi-nya masih ada?」

「Mau?」

「Dan bisa sekalian kau masakkan nasi putih juga?」

「Sebenarnya, aku sudah memasak nasi milik Yuna-san. Aku benar-benar ingin menikmatinya dengan nasi. Maafkan aku.」

「Gak apa-apa kok. Aku mengerti perasaanmu. Tapi aku akan marah kalau gak ada jatah untukku.」

「Tentu saja ada jatah untukmu.」

Setelah permintaan maafnya kuterima, Anzu mulai mempersiapkan ikan dengan ciamik. Di dalam hidangan itu ada juga gurita dan cumi-cumi.

「Penangananmu benar-benar cekatan.」

「Bapakku sudah melatihku dengan keras. Impianku di masa depan adalah ingin membuka tokoku sendiri.」

Wop, aku baru saja mendapat informasi yang berharga.
Aku ingin membeli ikan untuk persediaan di Crimonia, tapi ada kemungkinan di sana tidak ada orang yang mahir menangani ikan. Dengan asumsi tersebut, keterampilan Anzu akan sangat kubutuhkan.

「Kalau misalnya aku mengajakmu bekerja di toko yang kubuka di Crimonia, kau berminat?」

「Yuna-san punya toko?」

「Ya, kira-kira begitu. Tapi aku gak bekerja di sana. Aku ingin menyantap hidangan laut seperti ini di Crimonia, jadi kuharap Anzu bersedia ke sana.」

「Kalau memungkinkan, aku juga ingin ke sana. Tapi jaraknya terlalu jauh, jadi aku akan sangat merindukan keluargaku.」

Dengan kata lain, tidak akan ada masalah kalau jaraknya dekat ya?
Senyum tersungging di wajahku.
Anzu terus menyantap Kaisen donburi miliknya tanpa menyadari alasan di balik senyumku itu. (Kaisen donburi: hidangan semangkuk nasi yang ditutupi irisan sashimi)


<< Sebelumnya Berikutnya >>
Daftar Isi

2 komentar: